Rabu, 16 Juni 2010

MAKNA DAN FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKNA DAN FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pendahuluan
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang sangat penting yang menjadikan Islam sebagai ciri khas dalam pendidikannnya. Hingga saat ini Pendidikan Agama Islam masih dihadapkan pada tantangan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat modern. Studi kualitas tentang bidang studi Pendidikan Agama Islam menunjukkan beberapa kelemahan, baik dilihat dari proses maupun hasil belajar antara lain dalam aspek metodologis. Dalam proses pembelajaran di kelas pendekatan ekspositoris sangat dominan selama proses belajar
Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasahalan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam.” Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah. Proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh siswa. Artinya, metode ceramah yang digunakan guru ketika mengajar Pendidikan Agama Islam berpeluang besar gagalnya proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada diri siswa, hal ini disebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar materi Pendidikan Agama Islam.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Dalam system pendidikan modern, fungsi guru sebagai penyampai pesan-pesan pendidikan tampaknya perlu dibantu dengan media pendidikan, agar proses belajar mengajar pada khususnya dan proses pendidikan pada umumnya dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Hal itu disebabkan antara lain, materi pendidikan yang akan disampaikan semakin beragam dan luas mengingat perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat. Dewasa ini guru bukanlah satu satu-satunya sumber belajar dan penyampai pesan-pesan pendidikan sebagaimana pernah terjadi sebelum tahun lima puluhan. Mulai tahun itu teori komunikasi social mulai masuk ke dalam pendidikan, terutama alat Bantu pandang dengar atau audio visual aid dan telah mulai digunakan dalam penyampaian pesan-pesan pendidikan. Media pendidikan ini tidak saja sebagai alat Bantu pendidikan, juga berfungsi sebagai penyalur pesan-pesan pendidikan.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan terutama di bidang telekomunikasi dan teknologi abad ini terjadi dengan begitu cepatnya. Pada masa yang akan datang menurut prediksi para ahli (futurist) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan lebih pesat lagi bahkan semakin tidak terkendali.
Menurut Nana Syaodih yang dikutif oleh Ahmad Rofiq, perkembanagan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang komunikasi-informatika tersebut telah membawa berbagai perubahan mendasar dalam bidang pendidikan. Kalaupun pendidikan dulu telah menngunakan teknologi, tetapi teknologinya, masih sangat sederhana seperti penggunaan papan tulis, kapur grip atau buku. Maka seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat maka teknologi yang digunakan dalam pendidikan merupakan teknologi maju seperti audio video cassette, overhead projector, film slide, televisi, tape recorder, computer bahkan saat ini pembelajaran telah, menggunakan CD-ROOM dan Internet.
Penggunaan berbagai media yang merupakan produk teknologi tersebut dirasakan sangat membantu penyelenggaraan pendidikan utamanya dalam proses belajar dan mengajar. Kegiatan belajar mengajar berjalan lebih dinamis, efektif dan lebih berkesan bagi siswa. Yang lebih maju lagi dalam pemanfaatan produk teknologi dalam pendidikan adalah berkembangnya system pembelajaran dengan elektronik yang dikenal dengan e-learning.
Pendidikan kita belum optimal, dan ini disinyalir karena belum digunakannya metode pendidikan kontemporer, termasuk teknologi pendidikan mutakhir. Teknologi pendidikan lebih sering dipahami secara konvensional dengan lab-lab yang relatif mahal dan akibatnya tidak terjangkau oleh mayoritas sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi.
Di Semarang , Menteri Agama (Menag), Muhammad Maftuh Basyuni, mendukung pengembangan pendidikan Islam berbasis teknologi selama berada dalam kerangka keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.
''Dalam era perkembangan sains dan teknologi, umat Islam harus memanfaatkan teknologi agar dapat menghadapi dan melakukan proses transformasi,'' kata Maftuh di Semarang. Pola pendidikan Islam zaman dahulu, lanjutnya, sangat anti dengan semua yang berbau Barat. ''Jangankan persoalan teknologi, memakai celana panjang saja saat itu tidak diperbolehkan karena identik dengan penjajah (bangsa Barat),'' katanya. Ia menjelaskan, pola pendidikan tersebut benar jika dilihat dalam konteks zaman dahulu. ''Saya sangat memahami, karena bertujuan untuk membangkitkan semangat patriotisme dalam usaha mengusir penjajah dari Tanah Air,'' tutur Maftuh.
Akan tetapi, pola pendidikan tersebut kini dianggap tidak sesuai lagi untuk diterapkan. ''Kita harus melakukan perubahan untuk menghadapi arus transformasi sosial budaya dengan cara yang kreatif,'' katanya.
Di atas itu semua, teknologi pendidikan Islam seharusnya juga dibuat dengan memperhatikan prinsip-prinsip Islam, seperti kesederhanaan dan kemudahan. Jadi akan kontradiktif ketika teknologi pendidikan islam ini justru jadi tidak terjangkau oleh mayoritas umat karena dia terlalu canggih dan mahal.
Karena itu pertimbangan dasar teknologi pendidikan yang tepat harus juga melihat calon penggunanya. Di pedesaan yang sederhana, teknologi berbasis bahan lokal tentu lebih disukai. Namun di perkotaan di mana tersedia listrik, komputer dan akses internet, teknologi interaktif berbasis komputer atau web mungkin menjadi alternatif yang lebih baik dan termurah.
Disisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat dan semakin tidak terkendali tersebut telah memicu pesatnya perubahan di bidang sosial dan budaya. Masyarakat kita saat ini benar-benar dihdapkan dengan berbagai perubahan dan salah satu ciri utama dari perubahan yang terjadi dalam masyarakat kita dan masyarakat dunia adalah pesatnya perubahan sosial dan budaya. Perubahan tersebut terjadi begitu pesat sehingga lembaga-lembaga yang ada termasuk lembaga pendidikan dan keagamaan seolah-olah merasa kewalahan untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan itu. Bahkan sebagai bentuk antisipasi terhadap perubahan-perubahan tersebut telah muncul pula bentuk-bentuk lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi baru.
Globalisasi dan pasar bebas elah membawa kita pada perubahan-perubahan yang tidak menentu dan kita benar-benar telah berada dalam suana yang penuh dengan ketidak pastian. Mengibaratkan sebagai nelayan di lautan lepas yang sangat mungkin dapat tersesat apabila tidak memiliki kompas sebagai pedoman untuk bertindak dan mengarunginya dan kompas itu adalah agama. Dalam suasana kehidupan yang semakin kompleks dan penuh ketidakpastian ini menyebabkan manusia mudah mengalami stress sementara sebagian lagi hanya menjadi budak materi (hamba dunia). Tanpa agama manusia tidak akan hidup tentram dan akan selalu berubah sesuai mengikuti perubahan-perubahan yang juga tidak jelas arahnya kemana (unpredictabylity). Oleh karena itu pendidikan agama dan moral (akhlaq) harus menjadi prioritas, terlebih negara kita sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam (85%). Pendidikan agama dan moral (aklaq) harus menjadi tanggung jawab bersama yaitu keluarga (pendidikan informal), sekolah (formal) dan masyarakat (non formal).
Pendidikan nasional kita diharapkan mampu menciptakan SDM yang tidak saja memiliki intelektual tinggi (unggul dalam akademis) tetapi juga memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (religius), atau sering disebut manusia seutuhnya yang memiliki imtaq dan iptek. Ini tercermin dari tujuan pendidikan nasional kita dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yitu : ”untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manuai yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklhlaq mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Melalui pendidikan agama inilah nilai-nilai kehidupan yang dilandasi oleh nilai-nilai agama masuk (incliude) ke dalam pribadi siswa sehingga nilai-nilai tersebut akan terinternalisasi sebagai kebutuhan dasar (basic needs) yang diperlukan oleh siswa. Dalam pendidikan agama ini menginagt pentingnya keberadaan moralitas atau akhlaq, maka seyogyanya substansi nilai-nilai akhlaq memilki tempat tersendiri dalam pelajaran di sekolah baik pola tingkat dasar maupun menengah. Pendidikan akhlaq atau moral ini tidak cukup diukur hanya dari seberapa jauh anak menguasai hal-hal yang bersipat kognitif atau pengetahuan mengenai akhlaq,ajaran-ajaran agama, dan ritus-ritus keagamaan semata. Yang lebih dari pendidikan moral atau akhlaq ini adalah seberapa jauh nilai-nilai keagamaan tersebut tertanam dalam jiwa anak dan seberapa jauhnilai-nilai keagamaan tersebut dimanifestasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Perwujudan dari nilai-nilai keagamaan tersebut dimanifestasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Perwujudan dari nilai-nilai tersebut dalam tingkah laku sehari-hari akan melahirkan akhlaqul karimah.
Pendidikan kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan, serta keterbatasan bahan-bahan bacaan keagamaan. Buku-buku paket keagamaan yang ada belum memadai kesadaran beragama, memberikan ketrampilan fungsional keagamaan dan mendorong prilaku bermoral dan berakhla mulia pada peserta didik.aLitbang Agama dan Diklat keagamaan tahun 2002 didapatkan bahwa merosotnya moral dan akhlaq peserta didik disebabkan antara lain karena kurikulum pendidikan agama yang terlalu padat materi, dan materi tersebut lebih mengedepankan aspek pemikiran dari pada kesadaran keberagamaan yang utuh. Selain itu menurut hasil penelitian tersebut, metodologi pendidikan agamagama merupakan masalah penting dan fundamental dalam kaitannya dengan budaya lokal suatu bangsa. Pendidikan agama merupakan suatu pembinaan terhadap pembangunan bangsa secara keseluruhan. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang berpegang teguh pada moralitas merupakan salah satu hasil dari pendidikan agama.
Sementara pendidikan agama yang seharusnya memegang peran penting terutama dalam membentuk sikap mental (moralitas) pelajar yang diharapkan akan menjadi tunas-tunas bangsa ke depan, saat ini dikatakan belum berhasil bahkan ada yang menganggapnya telah gagal. Menurut hasil study Litbang Agama dan Diklat Keagamaan tahun 2002 didapatkan bahwa merosotnya moral dan akhlaq peserta didik disebabkan anatara lain karena kurikulum pendidikan agama yang metodologi pendidikan agama kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan, serta keterbatasan bahan-bahan bacaan keagamaan. Buku-buku paket keagamaan yang ada belum memadai kesadaran beragama, memberikan ketampilan fungsional keagamaan dan mendorong prilaku bermoral dan berakhlaq mulia pada peserta didik.
Pembahasan
A. Arti dan Fungsi Media Pendidikan
Media pendidikan merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan murid menerima dan memahami pelajaran. Proses ini membutuhkan guru yang professional dan mampu menyelaraskan antara media pendidikan dan metode pendidikan.
Kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan serta perubahan sikap masyarakat membawa pengaruh yang besar dalam bidang pendidikan. Hal ini mendorong setiap lembaga pendidikan untuk mengembangkan lembaganya lebih maju dengan memanfaatkan teknologi modern dan kemajuan ilmu pengetahuan sebagai media pembelajaran.
Dari pemikiran di atas sudah jelas media pendidikan itu berkaitan dengan kemajuan suatu pendidikan yang meliputi sebagai berikut :
Alat komunikasi selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan majunya ilmu pengetahuan . Kaitannya dengan media pendidikan mempunyai fungsi yang besar di berbagai kehidupan, baik di kehidupan pendidikan maupun dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan seni kebudayaan.
Dalam kehidupan pendidikan media komunikasi memberikan kontribusi yang besar dalam kemajuan maupun peningkatan mutu di suatu lembaga pendidikan. Dengan memakai media tersebut anak didik akan mudah mencerna dan memahami suatu pelajaran. Dengan demikian melalui pendekatan ilmiah sistematis, dan rasional tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Untuk mencapai pendidikan tersebut guru memberikan peran yang penting untuk menghantarkan keberhasilan anak didik, oleh karenanya dibutuhkan komunikasi yang baik antara guru dan murid, untuk menciptakan komunikasi yang baik dibutuhkan guru yang profesional yang mampu menyeimbangkan antara media pembelajaran dan metode pengajaran sehingga informasi yang disampaikan guru dapat diterima siswa dengan baik.
Jadi tugas media bukan sebagai sekedar mengkomunikasikan hubungan antara pengajar dan murid namun lebih dari itu media merupakan bagian integral yang saling berkaitan antara komponen satu dengan komponen yang lain yang saling berinteraksi dan mempengaruhi.

1. Arti Media Pendidikan
Media pendidikan tidak terlepas dari teknologi pendidikan, sehingga sebelum menguraikan pengertian media pendidikan perlu kita memhami arti dari teknologi pendidikan secara umum dan teknologi pendidikan islam secara khusus, dengan demikian, pendidikan teknologi adalah pendidikan untuk menumbuhkan technological-attitude (sikap benar berteknologi) dan technological-quotient (kecerdasan berteknologi) sehingga orang memiliki motivasi, inisiatif dan kreativitas untuk melek teknologi, merebut teknologi, dan mengembangkan teknologi. Sedang teknologi pendidikan adalah teknologi yang didesain untuk mendukung aktivitas pendidikan secara komprehensif. Aktivitas pendidikan adalah aktivitas untuk membentuk manusia seutuhnya, yakni yang memiliki kedalaman iman, kecerdasan akal, kepekaan nurani, keluasan wawasan, kebijakan sikap, kreativitas karya, kehalusan estetika, keberanian berjuang dan seluruh nilai-nilai positif lainnya.
Dengan memahami pokok masalah di atas, maka jelas bahwa posisi Islam di sini adalah untuk memberi arah dan nilai dari pendidikan, dan demikian pula teknologi pendidikan. Karena itu teknologi pendidikan Islam bukanlah sekedar teknologi untuk membantu siswa belajar shalat atau belajar membaca Qur’an, namun teknologi yang seluas pendidikan itu sendiri. Teknologi pendidikan Islam membuat siswa mudah memahami sains dan ilmu-ilmu apapun, mampu menghubungkannya dengan Sang Pencipta dan menyadari apa tujuan diciptakannya alam serta bagaimana sains itu dapat dimanfaatkan secara syar’i. Dia akan menguasai sains dalam pandangan hidup Islam. Teknologi ini mengakselerasi siswa mendapatkan tujuan-tujuan pendidikan, sehingga membantu mengatasi keterbatasan kemampuan guru, sempitnya ruang kelas, kekurangan buku dan terbatasnya dana.
Secara harfiah media diartikan “perantara” atau “pengantar”. AECT (Association for Educational Communication and Technology) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi. Robert Hanick dan kawan-kawan (1986) mendefinisikan media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dalam sudut yang sama Kemp dan Dayton mengemukakan peran media dalam proses komunikasi sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver).
Sedangkan Oemar Hamalik mendefinisikan, media sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran merupakan perantara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran di sekolah.
2. Fungsi Media Pendidikan
Mengenai fungsi media itu sendiri pada mulanya kita hanya mengenal media sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni yang memberikan pengalaman visual pada anak dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang komplek dan abstrak menjadi lebih sederhana, kongkret, mudah dipahami. Dewasa ini dengan perkembangan teknologi serta pengetahuan, maka media pembelajaran berfungsi sebagai berikut :
a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan juga memudahkan pengajaran bagi guru.
b. Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi kongkret).
c. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya tidak membosankan).
d. Semua indera murid dapat diaktifkan.
e. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belaja
f. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya.
Dengan konsepsi semakin mantap fungsi media dalam kegiatan mengajar tidak lagi peraga dari guru melainkan pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Hal demikian pusat guru berpusat pada pengembangan dan pengolahan individu dan kegiatan belajar mengajar.
Sebagai seorang pendidik fungsi dan kemampuan media sangat penting artinya. Media merupakan integral dari sistem pembelajaran sebagai dasar kebijakan dalam pemilihan pengembanan, maupun pemanfaatan.
Media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang gilirannya diharapkan mempertinggi hasil belajar yang hendak dicapai. Ada beberapa alasan media pembelajaran berkenaan dapat mempertinggi proses belajar siswa.
Pertama, berkenaan dengan manfaat media pembelajaran, sebagai berikut :
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motifasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami
dan dikuasa siswa
c. Metode pengajaran akan lebih variasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengar uraian guru, tetapi juga punya aktifitas lain seperti
mengamati, merumuskan, melakukan dan mendemonstrasikan.
Kedua, penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil belajar yang berkenaan dengan taraf pikir siswa. Berfikir siswa dimulai dari yang kongkret menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang komplek. Dalam hubungan ini penggunaan media pembelajaran berkaitan erat dengan tahapan-tahapan berfikir mereka sehingga tepat penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan kondisi mereka sehingga hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan.

Pendidikan kita belum optimal, dan ini disinyalir karena belum digunakannya metode pendidikan kontemporer, termasuk teknologi pendidikan mutakhir. Teknologi pendidikan lebih sering dipahami secara konvensional dengan lab-lab yang relatif mahal dan akibatnya tidak.
B. Bentuk Teknologi Pendidikan Islam.
Bentuk-bentuk teknologi pendidikan secara umum akan optimal bila
menggunakan seluruh aspek berpikir manusia. Manusia berpikir bila dia: (1) menerima informasi dunia realitas dari panca inderanya; (2) memasukkan informasi ke dalam otaknya; (3) mengolah / menghubungkan informasi itu dengan informasi yang tersimpan sebelumnya.
Karena itu teknologi pendidikan yang baik akan menggunakan (1) sebanyak mungkin jalur indera, setidaknya tekstual, visual, dan akustikal, namun tentunya lebih optimal lagi kalau juga indera penciuman, perasaan maupun perabaan; (2) sebanyak mungkin bagian otak, baik otak kiri yang bersifat analitis rasional, otak kanan yang bersifat intuitif-kreatif-emosional maupun bagian otak yang disebut God-Spot yang bertanggung-jawab atas perasaan spiritual; (3) membantu menghubungkan dengan informasi yang tersimpan sebelumnya atau yang pernah dialami atau dipelajari siswa.
Berikut ini adalah tiga contoh gagasan teknologi pendidikan Islam berbasis komputer guna mengajarkan suatu topik dalam (1) Fisika, (2) Biologi, (3) Ekonomi.
(1) Untuk mengajar fisika-mekanika, ditunjukkan film audio-visual berbagai peristiwa alam (air terjun, jatuhnya batu, pergerakan benda langit). Di akhir film disampaikan ayat Qur’an atau Hadits tentang alam semesta untuk menghubungkan intelektualitas dengan spiritualitas. Lalu ada teks dan rumus matematis yang menjelaskan fenomena itu, dan di beberapa tempat terdapat soal untuk menguji ingatan dan analisis pelajar. Di akhir kajian terdapat ayat yang mendorong pemanfaatan mekanika secara syar’i, dilanjutkan film aplikasi mekanika yang baru dipelajari (PLTA, peluncur roket untuk jihad, satelit), termasuk dampak bila aplikasi itu bertentangan dengan syari’at (banjir, teror atas bumi Islam, satelit mata-mata asing). Kemudian terdapat uji-kreatifitas untuk merangsang pelajar menerapkan ilmunya dalam simulasi. Seluruh sesi diakhiri dengan muhasabah untuk mengingatkan betapa kecilnya manusia, dan aplikasi teknologi apapun justru dapat mendatangkan bencana bila bertentangan dengan syari’at.
(2) Untuk mengajar biologi-lingkungan ditunjukkan film audio-visual berbagai jenis mahluk hidup (pohon, serangga, mamalia). Di akhir film disampaikan ayat Qur’an atau Hadits tentang kehidupan untuk menghubungkan intelektualitas dengan spiritualitas. Lalu ada teks dan yang menjelaskan fenomena itu, dan di beberapa tempat terdapat soal untuk menguji ingatan. Di akhir kajian terdapat ayat yang mendorong pemanfaatan ekologi secara syar’i, dilanjutkan film yang menunjukkan aplikasi ekologi yang baru dipelajari (reboisasi hutan, biopestisida, peternakan), termasuk dampak bila aplikasi itu bertentangan dengan syari’at (kerusakan hutan, hama, kepunahan bison). Kemudian terdapat uji-kreatifitas untuk merangsang pelajar menerapkan ilmunya dalam simulasi. Seluruh sesi diakhiri dengan muhasabah untuk mengingatkan betapa kecilnya manusia, dan aplikasi teknologi apapun justru dapat mendatangkan bencana bila bertentangan dengan syari’at.
(3) Untuk mengajar ekonomi perdagangan – yang berarti suatu realitas masyarakat manusia, ditunjukkan film audio-visual berbagai aktivitas manusia (jual-beli, kafilah dagang, bank). Di akhir film disampaikan ayat Qur’an atau Hadits tentang manusia yang menghubungkan intelektualitas ke spiritualitas. Lalu ada teks yang menjelaskan fenomena itu, ditambah beberapa ayat yang spesifik mengatur sistem ekonomi di masyarakat. Di beberapa tempat terdapat soal untuk menguji ingatan. Di akhir kajian terdapat ayat yang mendorong pemanfaatan ilmu ekonomi perdagangan secara syar’i, dilanjutkan film yang menunjukkan aplikasi ekonomi yang baru dipelajari (desain pasar, jaringan logistik, bank syari’ah), termasuk dampak bila aplikasi itu bertentangan dengan koridor syari’at (penipuan, penimbunan, jeratan hutang). Lalu terdapat uji-kreatifitas untuk merangsang pelajar menerapkan ilmunya dalam simulasi. Seluruh sesi diakhiri dengan muhasabah untuk mengingatkan betapa kecilnya manusia, dan ilmu apapun dapat mendatangkan bencana bila bertentangan dengan syari’at.
Memang perlu kerja keras untuk merealisasi material teknologi pendidikan Islam untuk segala jenis topik di semua jenis pelajaran. Namun upaya semacam ini akan menjadi mudah ketika ada dukungan masyarakat.
C. Peran media dalam Pembelajaran
Menurut Ensiclopedi of Educational Reseach, nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Meletakan dasar-dasar yang kongkret untuk berpikir sehingga mengurangi verbalitas.
b. Memperbesar perhatian siswa.
c. Meletakan dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh karena itu
pelajaran lebih mantap.
d. Memberikan pengalaman yang nyata.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan continue.
f. Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembngan bahas
g. Memebrikan pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara yang lain.
h. Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dan murid.
i. Media pendidikan memberikan pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realita dan teliti.
j. Media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar
Menurut, Yusuf Hadimiarso, dalam bukunya Menyemai Benih Teknologi Pendidikan menjelaskan bahwa berbagai kajian teori maupun praktek menunjukan tentang kegunaan media dalam pembelajaran sebagai berikut :
a. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita, sehingga otak kita dapat berfungsi secara optimal. Penelitian yang dialakukan oleh Roger W. Sperry, Pemenang hadian nobel tahun 1984, menunjukan bahwa belahan otak sebelah kiri merupakan kedudukan tempat kedudukan pikiran yang bersifat verbal, rasional, analitikan dan konseptual. Belahan ini mengontrol wicara. Belahan otak sebelah kanan merupakan perlu diberikan rangsangan kedudukan pikiran visual, emosional, holistik, fisikal, spatial, dan kreatif. Belahan bagian kanan ini mengontrol tindakan. Pada suatu saat hanya salah satu belahan saja yang dominan. Rangsangan pada salah satu belahan saja secara berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan. Karena itu salah satu implikasi dalam pembelajaran ialah kedua belahan perlu diberikan rangsangan secara bergantian dengan rangsangan audio visual.
b. Media adapat mengatasi keterbatsan pangalaman yang dimiliki oleh para siswa. Pengalaman siswa itu berbeda-beda. Latar belakang keluarga dan lingkungannya menentukan pengalaman macam apa yang dimiliki oleh siswa. Perbedaan pengalaman anak dapat diatasi dengan media ini. Jika siswa tidak mungkin dibawa ke objek yang dipelajari, maka objeknyalah yang dihadirkan di hadapan siswa melalui media.
c. Media dapat melampaui batas ruang kelas. Bayak hal yang tidak mungkin untuk dialami di dalam ruang kelas secara langsung oleh para siswa. Misalnya karena objek terlalu besar misalanya candi, stasion dan lain-lain, atau terlalu kecil sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang. Misalnya bakteri, protozoa dan lain sebagainya. Gerakan terlalu lambat, atau terlalu cepat. Bunyi-bunyi yang halus, objek terlalu kompleks dan alasan-alasan lain.
d. Media memungkinkan adanya interaksi secara langsung antara siswa dan lingkungannya.dan merangsang siswa untuk belajar.
e. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan secara bersama-sama bisa diarahkan kepada hal-hal penting yang dimaksudkan oleh guru.
f. Media memabangkitkan keinginan dan minat baru bagi siswa.
g. Media membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar.
h. Media memberikan pengalaman yang integral dan meyeluruh dari sesuatu yang kongkrit maupun abstrak.
i. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri.
j. Media meningkatkan kemampuan keterbacaan baru (new litercy) yaitu kemampuan untuk membedakan objek dan menafsirkan objek, tindakan dan lambang yang tampak baik alami maupun buatan manusia, yang terdapat dalam lingkungan.
k. Media mampu meningkatkan efek sosialisasi yaitu dengan meningkatkan kesadaran akan dunia di sekitarnya.
l. Media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi dari guru maupun siswa.
Edgar Dale, secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media pembelajaran, ini dapat dilihat dari pengalaman Dale (Come of Experience) :
a. Verbal Symbolis.
b. Visual Symbolis
c. Sgn, stick fihure.
d. Radio and recording.
e. Still picture.
f. Education television.
g. Exhibits.
h. Studi trips.
i. Demontrations.
j. Dramatized experience : plas, puppets, role plying.
k. Contrived experiences : models, mockups, simulation.
l. Direct puposefull experience.
Secara umum media mempunyai keguanaan :
a. Memeprid dengan sumber belajar.
b. Memperjelas pesan agar tidak verbalitas.
c. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera.
d. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
e. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual audiotori dan kinestetiknya.
Karakteristik dan kemampuan masing-masing perlu diperhatikan oleh guru
agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Sebagai contoh, media kaset audio, merupakan media auditif yang mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan (pronounciation) bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa asing media ini tergolong tepat karena bila secara langsung diberikan tanpa media sering terjadi ketidaktepatanyang akurat dalam pengucapan pengulangan dan sebagainya. Pembuatan media kaset audio ini termasuk mudah, hanya membutuhkan alat perekam dan narasumber yang dapat berbahasa asing, sementara pemanfaatnnya menggunakan alat yang sama pula.
Mengapa perlu menggunakan media dalam pembelajaran ? Pertanyaan yang sering muncul mempertanyakan pentingnya media dalam sebuah pembelajaran. Kita harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan kongkrit dalam poembelajaran, krena proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun non verbal, proses ii dinamakan encoding. Penafsiran simbol simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan deconding.
Adakalanya penafsiran berhasil, adakalanya tidak. Ketidakberhasilan dalam memahami apa yang didengar, dibaca, dilihat atau diamati. Ketoidakberhasilan atau penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah barriers atau noise. Semakin banyak verbalisme semakin abstrak pemahamn yang diterima.
Kemajuan media komputer memberikan beberapa kelebihan untuk kegiatan produksi audio visual. Pada tahun-tahun belakangan komputer mendapat perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Ditambah dengan tekanologi jaringan dan internet, komputer seakan menjadi primadona dalam kegiatan pembelajaran. Tetapi dibalik kehandalan komputer sebagai media pembelajaran terdapat beberapa persoalan yang sebaiknya menjadi bahan pertimbangan awal bagi pengelola pengajaran berbasis komputer.
a. Perangkat keras dan lunak yang mahal dan cepat ketinggalan jaman.
b. Teknologi yang sangat cepat berubah, sangat memungkinkan perangkat yang dibeli saat ini beberapa tahun kemudian akan ketinggalan jaman.
c. Pembuatan program ang rumit serta dalam pengoperasian awal perlu pendamping guna menjelaskan penggunaannya. Hal ini bisa disiasati dengan pembuatan modul pendamping yang menjelaskan penggunaan dan pengoperasian program.
Teknologi terkini dalam pendidikan adalah dikembangkannnya teknologi multimedia. Pengembangan pemanfaatan komputer dalam proses pembelajaran terakhir menjadi mutimedia merupakan suatu era baru dalam perkembangan media yang harus disambut secara positif. Perangkat komputer yang mampu menyajikan teknologi multimedia yang dapat menggabungkan berbagai media seperti teks, suara, gambar, numeriuc, animasi dan video dalam suatu software digital, telah mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indera dalam pembelajaran yaitu pendengaran, penglihatan dan sentuhan.
D. Pemanfaatan media dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjelang abad 21 telah
mendorong usaha-usaha untuk melakukan berbagai pembaharuan dalam memanfaatkan hasil teknnologi dalam dalam proses pembelajaran. Maka pembelajaran dalam perspektif ke depan adalah pembelajaran yang berbasiskan teknologi Informasi dan Komuniukasi (TIK). Pembelajaran dengan berbasiskan iptek yang semakin pesat, pembelajaran model ini telah menjadi kebutuhan bagi pendidikan secara global. Penggunaan media audio visual yang dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA) dalam proses pembelajaran dirasakan sangat membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran dengan yang diinginkan.
Penggunaan media dan teknologi dalam pembelajaran selain dapat memberi kontribusi terhadap pengetahuan dan ketrampilan siswa, juga membantu guru untuk mempermudah proses pembelajaran dan memperjelas materi yang dipelajari secara beragam dan lebih kongkrit sehingga memberi kesan lebih mendalam bagi siswa. Menurut hasil penelitian bahwa perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera penglihatan dan indera pendengaran sangat menonjol perbedannya., memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75 %, melalui indera dengan 13 % dan melalui indera lainnya 13 %.
Yang dimaksud dengan media pembelajaran di sini adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Sedangkan pengertian yang lebih sederhana kita bisa melihat definisi yang diberikan leh gane da Briggs yang dikutif Azhar Arsyad, yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi dan juga komputer.
Diantara manfaat pembelajaran dengan menggunakan media pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas
b. Memperbesar perhatian peserta didik, meningkatkan gairah belajar, meningkatkan interaksi yang lebih langsung antar peserta didik dengan lingkungan.
c. Meletakan dasar-dasar penting untuk perkembangan belajar, sehingga pelajaran lebih mantap.
d. Memberikan pengalaman yang nyata sehingga dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan peserta didik menurut minat dan kemampuannya.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, hal ini terutama terdapat pada gambar hidup.
f. Mengatasai keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
g. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya.
h. Memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang kongkret maupun abstrak.
i. Meningkatkan kemampuan ekspresi dari guru maupun siswa.
Pada akhir abad ke 20 telah pula digunakan komputer dalam dunia pendidikan
(Computer aided learning). Penggunaan komputer ini ternyata tidak saja membantu dalam pengelolaan administrasi dalam pendidikan, tetapi juga dapat dijadikan sebagai media dalam proses pembelajaran. Pemanfaaatan komputer lebih berkembang dengan ditemukannya internet yang pada awalnya hanya digunakan untuk kepentingan militer di Amerika Serikat. Komputer yang terkoneksi dengan internet tidak saja menjadi media bahkan menjadi sumber (resources) dalam pembelajaran. Pengembangan pemanfataan komputer dalam proses pembelajaran terakhir menjadi multimedia merupakan suatu era baru dalam perkembangan media yang harus disambut secara positif. Perangkat komputer yang mampu menyajikan teknologi multimedia yang dapat menggabungkan berbagai media seperti teks, suara, gambar, numeric, animasi dan vidio dalam suatu software digital, telah mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indera dalam pembelajaran yaitu : pendengaran, penglihatan, dan sentuhan. Berdasarkan hasil beberapa penelitian anatara lain yang dilakukan oleh Munir yang dipublikasikan dalam jurnal Mimbar Pendidikan UPI No. 3 Thn 2003, didapatkan fakta bahwa penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran telah memberikan kesan lebih mendalam dan meningkatkan motivasi belajar bagi siswa.
Teknologi komunikasi merupakan teknologi modern dalam bidang komunikasi dengan produk yang berupa peralatan elektronik dan bahan-bahan (sofware) yang disajikan telah mempengaruhi seluruh sektor kehidupan termasuk pendidikan dan teknologi komunikasi pendidikan itu mempunyai suatu manfaat dalam mempengaruhi dan mengetahui hal–hal yang ada di sekitar dan diperuntukan kepada orang lain secara timbal balik, sehingga mampu untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan seperti halnya di indonesia sarana yang cukup memadai dalam teknologi komunikasi adalah media radio, televisi dan lain–lain. Teknologi komunikasi dapat digunakan untuk menimbulkan kepekaan terhadap keadaan, nasip serta malapetaka yang menimpa pada suatu daerah, dengn adanya media teknologi komunikasi maka keadaan yang demikian dapat menimbulkan suatu respon dan rasa solidaritas (kesetiakawan) kepada orang lain apabila dalam pendidikan khuusnya pendidikan formal maka teknologi komunikasi seperti media komunikasi yang dijadikan pelengkap untuk menambah intlektual dan emosianal dalam pendidikan misal: OHP video, televisi maka selain itu haruslah ada teknologi kemunikasi yang lebih sentral atau menjadi pusat pengembangan dan pemahaman bagi anak didik yaitu seorang pendidik (guru) yang dapat memberikan suatu pesan atau amanah dalam menjadikan akan didik lebih dewasa, maka dari itu kami disini akan membahas tentang manfaat dari teknologi dalam pengembangan pendidikan.
Komunikasi berasal dari bahasa latin : Communicatee yang berarti memberitahukan, berpartisipasi atau menjadi milik bersama, misalnya komunikasi diartikan : proses menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan atau nilai-nilai dengan maksud menggunakan partisipasi agar hal-hal yang disampaikan itu menjadi milik bersama antara komunikator (orang yang menyampaikan pesan) dan kemunikasi (orang yang menerima pesan).
Komunikasi dapat diartikan menjadi empat yaitu :
1. Penerapan praktis merupakan suatu yang sudah diolah dan siap dipakai oleh para pelaksana dan penerima pendidikan tenru saja pada tingkatan dan tanggung jawab yang berbeda. Misalnya menerapkan produk elektronika seperti komputer, radio dan lain-lain dalam belajar mengajar.
2. Prinsip dan penemuan ilmu komunikasi baik pada diri manusia maupun pada mesin (peralatan) tetapi dalam pengertian “man machine system”
3. Efisien dan efektif berarti dalam aplikasi prinsip dan penemuan itu tidak semata-mata merupakan komponen tambahan melainkan yang mempunyai peranan khusus dan menentukan adanya perubahan peranan pada komponen yang lain. Misal : tidak ada sekedar membantu guru (sebagai alat bantu mengajar yang sering kali hanya dipajang didepan kelas) melainkan menunjang guru dengan pedoman dan syarat penggunaan tertentu
4. Proses pendidikan, bukan hanya yang berlangsung didalam kelas atau
didalam sekolah saja melainkan yang berlangsung pada semua tingaktan (level) yaitu mulai dari proses kurikulum, perencanaan pengajaran sampai pelaksanaan interaksi dalam belajar.
Komunikasi memegang peranan penting dalam pendidikan agar komunikasi antara guru dan siswa berlangsung baik dan informasi yang disampaikan guru dapat diterima siswa, guru perlu menggunakan media pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar melalui media terjadi bila ada komunikasi antara guru (sumber) dan murid (penerima).
Selender (s)/sumber yaitu orang yang melakukan komunikasi atau memberi pesan. Message (m) yaitu isi pesan yang diberikan oleh sumber kepada penerima pesan. Sedangkan penerima pesan disebut reciver dan dilambangkan dengan R. Dalam proses itu sendiri baru terjadi setelah ada reaksi umpan balik (feed back) dalam hal ini penerima pesan (R) berubah fungsi sebagai selender sedangkan sumber menjadi receiver atau penerima pesan. Dalam proses / konsep teknologi pendidikan, tugas media bukan hanya sekedar mengkomunikasikan hubungan antara sumber (pengajar) dan sipenerima (si anak didik), namun lebih dari itu merupakan bagian yang integral dan saling mempunyai keterkaitan antara komponen yang satu dengan yang lainnya, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.
Pola-pola komunikasi dalam interaksi belajar mengajar (pendidikan) Pola komunikasi dalam interaksi pendidikan dibagi menjadi 2 bagian:
(1). Pola komunikasi satu arah
Seorang guru sebagai pusat belajar mengajar (teacher centered), guru menyampaikan pelajaran dengan berceramah sianak didik mendengarkan dan mencatat (si anak didik pasif) gurulah yang merencanakan, mengendalikan dan melaksanakan segala sesuatu.
Tapi pola ini banyak kelemahan dibanding keuntungan, kelemahanya : suasana kelas kaku, guru cenderung otoriter sebab hubungan guru dengan si anak seperti majikan dengan bawahan, mengerti atau tidak mengertinya si anak didik tidak dengan cepat diktehu guru dan guru akan berbicara terus menerus.
(2). Pola komunikasi dua arah
Pada pola ini sianak didik memperoleh pengetahuan didalam kelas di bawah bimbingan guru atau dengan bantuan tenaga temannya sendiri, terjadilah suatu proses saling bertukar pikiran atau saling membero informasi yang mematangkan si anak didik dalam segala perbuatan belajar. Pola komunikasi dua arah ini terbagi menjadi 3 yaitu:
(a). Jalur dua arah guru dan anak didik Si anak punya kesempatan untuk bertanya, mengajukan hadapan, keberatan atau tidak setuju tentang apa-apa yang disampaikan kepadanya, tentang apa-apa yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
(b). Jalur dua arah guru-anak didik dan anak berdampingan
Jalur ini lebih memberi kesempatan lagi kepada anak didik tidak hanya kepada guru dia menanyakan dan mengemukakan pendapatnya, akan tetapi juga kepada teman-teman yang duduk di kiri-kanannya.
(c). Jalur dua arah guru anak didik dan antara anak didik
Ini dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih berarti lebih berdaya guna, lebih berhasil guru pada diri anak didik dan masyarakat karena memberi kesempatan lagi pada anak didik dan masyarakat karena memberikesempatan lagi pada anak didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya tidak hanya kepada guru akan tetapi juga dapat antar anak didik. Dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak didik, guru/ pengajar haruslah tahu kriteria/karakteristik dari anak didiknya karena setiap individu itu mempunyai perbedaan adanya itu karena pengaruh:
1. Pembawaan yaitu kepantasan intelegensi urat saraf dan benrtuk tubuh
2. Lingkungan yaitu pengaruh dari luar yang mempengaruhi perkembangan anak. Misal: ekonomi keluarga, masalah keluarga.
Selain pada pendidikan yang berkisar verbal maka ada bentuk-bentuk komunikasi lain yang bersifat non-verbal yang tidak kalah pentingnya untuk proses pendidikan/ pembelajaran yang bersifat formal, yaitu:
(1). Para bahasa (paralanguage), komunikasi yang menggunakan, nada suara intonasi atau yang menyampaikan “pesan khusus”
(2). Bahasa tanda (sign language), komunikasi yang menggunakan segala macam kodifikasi untuk mengganti biloangan tanda-tanda baca: kata-kata, menggunakan bahasa rambu
(3). Bahasa perbuatan (action language), komunikasi yang menggunakan isyarat, ekspresi wajah dan gerakan-gerakan
(4). Bahasa obejek (objek language), komunikasi yang menggunakan benda-benda tertentu yang mempunyai makna tertentu
(5). Takfil (tacfil), komunikasi yang menggunakan rabaan atau pegangan
Dari bentuk-bentuk komunikasi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi dapat bersifat abstrak dan bersifat konkret tergantung pada media yang digunakan.
Didalam teknologi kominikasi yang penerapannya dalam pendidikan banyak sekali aktivitasnya yaitu :
-fasilitas dan media yang mengentarai transaksi dan informasi
- metode pendidikan dimana fasilitas dan media merupakan komponen
Integral
- serangkaian pilihan yang menghendaki adanya
a. Perubahan fisik kelas
b. Hubungan guru dan murid yang tidak langusng, artinya: bahwa ada
media pelengkap untuk memberi suatu pengetahuan lebih dalam
menangkap mata pelajaran.
c. Aktiviras murid yang relatif independent di kontrol guru
d. Tenaga pembantu guru (juru ajar/para guru profesional)
e. Perubahan peranan dan kecakapan guru yang diperlukan
Kita lihat dari teknologi komunikasi yang non verbal dan sepertinya bias digunakan dalam komunikasi instruksional, komunikasi instruksional emr subset dari komunikasi secara keseluruhan yang bersifat metodis-teoritis, maksudnya kajian atau garapannya berpola tertentu sehingga akhirnya bisa diterapkan untuk kepentingan dilapangan, adapun manfaat adanya komunikasi instruksional yaitu: efek perubahan tingkah laku yang terjadi, sehingga hasil tindakan komunikasi instruksional bisa dikontrol atau dikendalikan digunakan baik misal : vidio dalam pengajaran, komputer untuk mengembanagkan ilmu yang lebih maju, tapi komunikasi instruksional juga lebih ditekankan kepada pola perencanaan dan pelaksanaan secara operasional yang didukung oleh teori-teori untuk keberhasilan efek perubahan perilaku pada pihak sasaran pelaksanaan tersebut yaitu : guru, dosen, penyulung, pembimbing.
Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengembangan teknologi komunikasi pendidikan dipengaruhi aspek internal dan juga aspek eksternal, dan pada aspek internal yaitu ada beberapa faktor:
Hambatan pada sumber yaitu komunikator/guru
- Hambatan kejiwaan/psikologis yaitu simpati, ketidak senangan, benci
- Hambatan bahasa yaitu gangguan sematik yang berhubungan digunakan arti kata salah (bahasa/kata-kata yang belum dipahami)
- Perbedaan pengalaman yaitu gangguan pada masalah kehidupan (penyampaian dari komunikator apa yang disampaikannya tentu tidak sebaik mereka yang mempunyai keahlian yang baik (kecongkakan, kurang motivasi, kurang pergaulan)
- Hambatan pada media/alat komunikasi
- Hambatan/gangguan pada saluran terjadi karena adanya ketidakberesan pada saluran komunikasi atau pada suasana sekitar berlangsungnya proses komunikasi dalam pendidikan
Misalnya gangguan suara, tidak jelas/sakah teknis, gambar tidak jelas, dan lain-lain.
- Hambatan pada komunikan terjadi pada pihak komuniktor atau pengajar dan media/saluran tetapi pihak sasaran pun bisa berpeluang untuk menghambat bahkan kemungkinan lebih besar dari yang lain (timbul kecurigaan) (menurut Cawley, 1982)
Secara umumnya; Hambatan dalam komunikasi yang ditemui dalam proses belajar mengajar antara lain:
1. Verbalisme, dimana guru menerangkan pelajaran hanya melalui kata-kata secara lisan (anak didik pasif)
2. Perhatian yang bercabang yaitu perhatian murid tidak terpusat pada informasi yang disampaikan guru, tetapi bercabang perhatian lainnya.
3. Kekacauan penafsiran, terjadi disebabkan adanya tangkap murid sehingga sering terjadi istilah-istilah yang sama diartikan berbeda-beda.
4. Tidaka adanya tanggapan, yaitu murid-murid tidak merespon aktif apa yang disampiakan oleh guru, sehingga tidak terebntuk sikap yang diperlukan. Disini proses pemikiran tidak terbentuk sebagaimana mestinya.
5. Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode pengajaran kurang bervariasi, sehingga penyampaian informasi yang “monoton’ emnyebabkan kebosanan murid
6. Kaadaan fisik dan lingkungan yang mengganggu, misal obyek nyg terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat,dan obyek yang terlalu kompleks serta konsep yang terlalu luas,sehingga menyebapkan tanggapan murit menjadi mengambang.
7. Sipat pasip anak didik yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti pelajaran disebapan kesalahan memilih teknik komunikasi dalam pendidikan/ pengajarannya.
Untuk mengatasi hambatan di atas ada beberapa pelancar komunikasi, memperlancar itu dengan halnya:
1. Kepercayaan/kredibilitas.
2. Kewenangan yang adil.
3. Kewibawaan.
4. Kondisi tehnik yang baik.
5. Penguasaan sematik/bahasa yang baik.
6. Status sosial seseorang guru yang baik dan profesional.
7. Menghindari lambang-lambang yang belum di pahami oleh
penerima pesan.
8. Penyajian yang di persiapkan secara mantap.
9. Usaha untuk mengatasi ferbalisme ialah penggunaan media sec
secara terinterigrasi dalam proses belajar mengajar, karena
fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai
penyaji, stimulus informasi, sikap dan lain-lain, untuk
meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.
Manfaat teknologi komunikasi dalam pendidikan. Masuknya teknologi komunikasi pendidikan dalam garis besarnya akan mempengaruhi strategi pengembangan kurikulum pola interaksi pendidikan dan lahirlah berbagai bentuk lembaga pendidikan, dalam hal ini media mempunyai peranan penting yang di laksanakan secara menyeluruh yaitu:
1. Sumber media berupa orang saja ( kebanyakan terjadi pada madrasah sekarang ini) dalam pola interaksi ini guru kelas memegang penuh kendali atas berlangsungnya pengajaran dan bahkan pendidikan.
2. Sumber berupa orang yang di bantu oleh sumber lain, maka guru masih
memegang kontrol hanya saja tidak mutlak, karena dia dibantu oleh sumber lain.
3. Sumber orang bersama sumber lain berdasarkan suatu pembagian tanggung jawab (terdapat kontrol bersama) misalnya media mengontrol penyajian informasi serta efektifitas penerimaan pesan sedang guru kelas mengontrol disiplin dan kegairahan belajar.
4. Sumber lain/ media tanpa sumber berupa orang, keadaan ini terjadi dalam suatu pembelajaran melalui media, tetapi pelu diingat bahwa media tidaklah mendidik, media dipakai oleh guru untuk mencapai pengembangan anak didik. Berbagai bentuk lembaga pendidikan dapat lahir sebagai pengaruh tekkom, kelembagaan sistem belajar jarak jauh(BJJ) misalnya : merupakan suatu bentuk kelembagaan baru dibanding dengan bentuk yang sudah kita kenal semula. Pertumbuhan ke arah bentuk baru, secara teoritis dapat menuju ke arah terciptanya suatu ”jaringan belajar” (tearning network) yang tidak lagi merupakan suatu lembaga pendidikan, melainkan suatu suasana dimana sumber belajar dalam arti luas, tersedia untuk siapa saja yang mempunyai hasrat belajar. Pemanfaatan tekkom yang tampak secara nyata yaitu media/ alat. Media ini tidak terbatas pada yang dipersiapkan oleh guru kelas sendiri, melainkan yang lebih penting dipersiapkan oleh tiem pembelajaran yang terdiri ahli-ahli dalam bidangnya masing-masing pengajar .
Di lihat dari segi penggunaan media ada tiga kecenderungan untuk penggunaan media yaitu:
a. Dipakai secara massa yang meliputi radio, televisi, teleblackboard.
b. Dipakai dalam kelakuan, baik kecil maupun besar seperti:proyektor film
bingkai, overhead , kaset video, kaset suara.
c. Dipakai secara individual seperti mesin belajar misalnya komputer.
Kecenderungan/manfaat pendayagunaan telkom pada saat ini meliputi
5 kebutuhan sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu pelajaran secara langsung
2. Melatih, menatar guru
3. Memperluas jangkauan madrasah
4. Pendidikan dasar dan buta huruf
5. Pendidikan orang dewasa dan pembangunan masyarakat
Dalam dunia pendidikan teknologi komunikasi itu sedemikian penting peranannya dalam proses pendidikan dan belajar mengajar, karena itu efektivitasnya harus menjadi perhatian serius para praktisi pendidikan terutama guru. Agar proses komunikasi lebih efktif dan dengan demikian tujuan pendidikan tercapai secara optimal. Dan alat komunikasi juga penting sebagai pelengkap untuk mencapai pengembangan intelektual dan kreativitas anak didik dan hanya media yang akan mengontrol penyajian informasi bagi anak didiknya pula dan guru juga sebagai sumber sentral agar dapat memberi suatu pengetahuannya.
Memperhatikan berbagai kenyataan di atas maka penulis berpendapat bahwa pendidikan agama juga sudah saatnya untuk memanfaatkan erbagai media yang telah ada. Penggunaan media pembelajaran bagaimanapun canggihnya tentunya tidak akan berarti banyak apabila tidak ditunjang dengan kecakapan guru dan perencanaan guru dengan baik. Maka guru agama dalam perspektif ke depan juga dituntut untuk mengenal bahkan harus mampu mengoperasiolakan produk-produk teknologi yang dapat dijadikan sebagai media dalam pembelajaran sperti computer dan alat bantu audio visual lainnya.
Akan tetapi bagaimanapun canggihnya media pembelajaran tentu saja tidak mampu menggantikan figure guru. Figur guru yang arif, bijaksana, lembut dan penuh kasih saying dalam menyampaikan materi pelajaran.Guru yang demikian mampu menyemtuh qalbu anak didiknya sehingga akan meninggalkan kesan yang sangat mendalam bahkan sampai jauh setelah anak didiknya menamatkan pendidikannya. Benarlah apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali bahwa inti dari endidikan adalah menajamkan qalbu. Dengan kata lain yang menjadi sasaran dalam pendidikan adalah hati selain rasio. Dalam konteks ini tentunya hubungan batin antara guru dan murid santalah penting. Hubungan batin ini akan tercipta dengan sendirinya manakala adanya keikhlasan anatara keduanya. Guru yang ikhlas memberikan ilmunya atau memberikan bimbingan kepada siswa dalam mengembangkan segala potensinya dan siswa mau menerima secara ikhlas (siap secara psikis) menerima bimbingan dan arahan dari guru.

Kesimpulan
Keberhasilan Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran penting di sekolah baik pada jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah terlebih pada madrasah yang menjadikan islam sebagai cirri khasnya sangat dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang dilakukan guru. Selain penggunaan multi metode dalam proses pembelajaran, guru agama saat ini juga harus memanfaatkan berbagai media yang saat ini telah tersedia dalam berbagai bentuk dan jenisnya di pasaran, mulai dari yang jenis dan bentuknya sederhana sampai kepada multimedia (berbasiskan computer).
Kreatifitas guru dalam proses pembelajaran di kelas yakni menggunakan multi metode, memanfaatkan dan memberdayakan media ditunjang dengan penciptaan suasanan religius di lingkungan sekolah dan keteladanan guru diharapkan mampu meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.











DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, , Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Indonesia, Kencana, Jakarta : 2003

Ahmad Rofiq, Urgensi Pemanfaatan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Conciencia (Jurnal Pendidikan Islam), Bandung:2007

Asnawir, Media Pendidikan, Ciputat Pers, Jakarta : 2002.

Asnawir dkk, Media Pembelajaran, Cipta Pers, Jakarta, 2002.

Atho Mudzhar, Pengembangan Masyarakat Multikultural Indonesia dan Tantangan ke Depan, Makalah Lokakarya Nasional Pengembangan Jaringan dan Kerjasama Pondok Pesantren Se- Sumatra, Palembang:2005

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2002.

Benni Agus Pribadi, Media Pendidikan, Universitas Terbuka, Jakarta: 1996.

Chabib Thoha, PBM-PAI di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 1998.

Dawit, M. Yusuf, Komunikasi pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 1990.

Deliar Noer & Iskandar Alisyahbana, Perubahan Pembaruan dan Kesadran menghadapi Abad ke 21, Dian Rakyat,Jakarta : 1993.

Fahmi Amhar, http://kalam.downloadfan.net Powered by Joomla! Generated: Diakses 26 February, 2009.

Ishak Abdulhak, Rancang Bangun Konsep Teknologi Pendidikan, Makalah Workshop Pengembangan Teknologi Pendidikan, SPS UPI, Bandung : 2006

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sejolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, Rajawali Persa, Jakarta :2007.

Muhamad Maftuh Basyuni, Pendidikan Islam Berbasis Teknologi, Republika, Jakarta: 2009.

Muniir, Penggunaan Teknologi Multimedia Terhadap Motivasi Belajar Anak-anak Prasekolah dalam Pembelajaran Literasi, Jurnal Mibar Pendidikan Upi No 3, Bandung : 2003



Nana Sudjana, Media Pendidikan, Sinar Baru, Bandung: 1990.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Citra ADitya Bakti, Jakarta 1989.

S. Nasution, Teknologi Pendidikan, Jemars, Bandung: 1983.

Sudarman Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Bumi Akasara, Jakrta : 1995.

UURI Nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, CV. Cemerlang,Jakarta 2004.

Yusuf Hadimiarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Kencana, Jakarta : 2004.

Zahara Idris, Dasar-Dasar Pendidikan, Angkasa Raya, Padang: 1981.









MAKNA DAN FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pendahuluan
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang sangat penting yang menjadikan Islam sebagai ciri khas dalam pendidikannnya. Hingga saat ini Pendidikan Agama Islam masih dihadapkan pada tantangan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat modern. Studi kualitas tentang bidang studi Pendidikan Agama Islam menunjukkan beberapa kelemahan, baik dilihat dari proses maupun hasil belajar antara lain dalam aspek metodologis. Dalam proses pembelajaran di kelas pendekatan ekspositoris sangat dominan selama proses belajar
Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasahalan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam.” Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah. Proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh siswa. Artinya, metode ceramah yang digunakan guru ketika mengajar Pendidikan Agama Islam berpeluang besar gagalnya proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada diri siswa, hal ini disebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar materi Pendidikan Agama Islam.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Dalam system pendidikan modern, fungsi guru sebagai penyampai pesan-pesan pendidikan tampaknya perlu dibantu dengan media pendidikan, agar proses belajar mengajar pada khususnya dan proses pendidikan pada umumnya dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Hal itu disebabkan antara lain, materi pendidikan yang akan disampaikan semakin beragam dan luas mengingat perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat. Dewasa ini guru bukanlah satu satu-satunya sumber belajar dan penyampai pesan-pesan pendidikan sebagaimana pernah terjadi sebelum tahun lima puluhan. Mulai tahun itu teori komunikasi social mulai masuk ke dalam pendidikan, terutama alat Bantu pandang dengar atau audio visual aid dan telah mulai digunakan dalam penyampaian pesan-pesan pendidikan. Media pendidikan ini tidak saja sebagai alat Bantu pendidikan, juga berfungsi sebagai penyalur pesan-pesan pendidikan.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan terutama di bidang telekomunikasi dan teknologi abad ini terjadi dengan begitu cepatnya. Pada masa yang akan datang menurut prediksi para ahli (futurist) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan lebih pesat lagi bahkan semakin tidak terkendali.
Menurut Nana Syaodih yang dikutif oleh Ahmad Rofiq, perkembanagan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang komunikasi-informatika tersebut telah membawa berbagai perubahan mendasar dalam bidang pendidikan. Kalaupun pendidikan dulu telah menngunakan teknologi, tetapi teknologinya, masih sangat sederhana seperti penggunaan papan tulis, kapur grip atau buku. Maka seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat maka teknologi yang digunakan dalam pendidikan merupakan teknologi maju seperti audio video cassette, overhead projector, film slide, televisi, tape recorder, computer bahkan saat ini pembelajaran telah, menggunakan CD-ROOM dan Internet.
Penggunaan berbagai media yang merupakan produk teknologi tersebut dirasakan sangat membantu penyelenggaraan pendidikan utamanya dalam proses belajar dan mengajar. Kegiatan belajar mengajar berjalan lebih dinamis, efektif dan lebih berkesan bagi siswa. Yang lebih maju lagi dalam pemanfaatan produk teknologi dalam pendidikan adalah berkembangnya system pembelajaran dengan elektronik yang dikenal dengan e-learning.
Pendidikan kita belum optimal, dan ini disinyalir karena belum digunakannya metode pendidikan kontemporer, termasuk teknologi pendidikan mutakhir. Teknologi pendidikan lebih sering dipahami secara konvensional dengan lab-lab yang relatif mahal dan akibatnya tidak terjangkau oleh mayoritas sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi.
Di Semarang , Menteri Agama (Menag), Muhammad Maftuh Basyuni, mendukung pengembangan pendidikan Islam berbasis teknologi selama berada dalam kerangka keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.
''Dalam era perkembangan sains dan teknologi, umat Islam harus memanfaatkan teknologi agar dapat menghadapi dan melakukan proses transformasi,'' kata Maftuh di Semarang. Pola pendidikan Islam zaman dahulu, lanjutnya, sangat anti dengan semua yang berbau Barat. ''Jangankan persoalan teknologi, memakai celana panjang saja saat itu tidak diperbolehkan karena identik dengan penjajah (bangsa Barat),'' katanya. Ia menjelaskan, pola pendidikan tersebut benar jika dilihat dalam konteks zaman dahulu. ''Saya sangat memahami, karena bertujuan untuk membangkitkan semangat patriotisme dalam usaha mengusir penjajah dari Tanah Air,'' tutur Maftuh.
Akan tetapi, pola pendidikan tersebut kini dianggap tidak sesuai lagi untuk diterapkan. ''Kita harus melakukan perubahan untuk menghadapi arus transformasi sosial budaya dengan cara yang kreatif,'' katanya.
Di atas itu semua, teknologi pendidikan Islam seharusnya juga dibuat dengan memperhatikan prinsip-prinsip Islam, seperti kesederhanaan dan kemudahan. Jadi akan kontradiktif ketika teknologi pendidikan islam ini justru jadi tidak terjangkau oleh mayoritas umat karena dia terlalu canggih dan mahal.
Karena itu pertimbangan dasar teknologi pendidikan yang tepat harus juga melihat calon penggunanya. Di pedesaan yang sederhana, teknologi berbasis bahan lokal tentu lebih disukai. Namun di perkotaan di mana tersedia listrik, komputer dan akses internet, teknologi interaktif berbasis komputer atau web mungkin menjadi alternatif yang lebih baik dan termurah.
Disisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat dan semakin tidak terkendali tersebut telah memicu pesatnya perubahan di bidang sosial dan budaya. Masyarakat kita saat ini benar-benar dihdapkan dengan berbagai perubahan dan salah satu ciri utama dari perubahan yang terjadi dalam masyarakat kita dan masyarakat dunia adalah pesatnya perubahan sosial dan budaya. Perubahan tersebut terjadi begitu pesat sehingga lembaga-lembaga yang ada termasuk lembaga pendidikan dan keagamaan seolah-olah merasa kewalahan untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan itu. Bahkan sebagai bentuk antisipasi terhadap perubahan-perubahan tersebut telah muncul pula bentuk-bentuk lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi baru.
Globalisasi dan pasar bebas elah membawa kita pada perubahan-perubahan yang tidak menentu dan kita benar-benar telah berada dalam suana yang penuh dengan ketidak pastian. Mengibaratkan sebagai nelayan di lautan lepas yang sangat mungkin dapat tersesat apabila tidak memiliki kompas sebagai pedoman untuk bertindak dan mengarunginya dan kompas itu adalah agama. Dalam suasana kehidupan yang semakin kompleks dan penuh ketidakpastian ini menyebabkan manusia mudah mengalami stress sementara sebagian lagi hanya menjadi budak materi (hamba dunia). Tanpa agama manusia tidak akan hidup tentram dan akan selalu berubah sesuai mengikuti perubahan-perubahan yang juga tidak jelas arahnya kemana (unpredictabylity). Oleh karena itu pendidikan agama dan moral (akhlaq) harus menjadi prioritas, terlebih negara kita sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam (85%). Pendidikan agama dan moral (aklaq) harus menjadi tanggung jawab bersama yaitu keluarga (pendidikan informal), sekolah (formal) dan masyarakat (non formal).
Pendidikan nasional kita diharapkan mampu menciptakan SDM yang tidak saja memiliki intelektual tinggi (unggul dalam akademis) tetapi juga memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (religius), atau sering disebut manusia seutuhnya yang memiliki imtaq dan iptek. Ini tercermin dari tujuan pendidikan nasional kita dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yitu : ”untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manuai yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklhlaq mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Melalui pendidikan agama inilah nilai-nilai kehidupan yang dilandasi oleh nilai-nilai agama masuk (incliude) ke dalam pribadi siswa sehingga nilai-nilai tersebut akan terinternalisasi sebagai kebutuhan dasar (basic needs) yang diperlukan oleh siswa. Dalam pendidikan agama ini menginagt pentingnya keberadaan moralitas atau akhlaq, maka seyogyanya substansi nilai-nilai akhlaq memilki tempat tersendiri dalam pelajaran di sekolah baik pola tingkat dasar maupun menengah. Pendidikan akhlaq atau moral ini tidak cukup diukur hanya dari seberapa jauh anak menguasai hal-hal yang bersipat kognitif atau pengetahuan mengenai akhlaq,ajaran-ajaran agama, dan ritus-ritus keagamaan semata. Yang lebih dari pendidikan moral atau akhlaq ini adalah seberapa jauh nilai-nilai keagamaan tersebut tertanam dalam jiwa anak dan seberapa jauhnilai-nilai keagamaan tersebut dimanifestasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Perwujudan dari nilai-nilai keagamaan tersebut dimanifestasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Perwujudan dari nilai-nilai tersebut dalam tingkah laku sehari-hari akan melahirkan akhlaqul karimah.
Pendidikan kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan, serta keterbatasan bahan-bahan bacaan keagamaan. Buku-buku paket keagamaan yang ada belum memadai kesadaran beragama, memberikan ketrampilan fungsional keagamaan dan mendorong prilaku bermoral dan berakhla mulia pada peserta didik.aLitbang Agama dan Diklat keagamaan tahun 2002 didapatkan bahwa merosotnya moral dan akhlaq peserta didik disebabkan antara lain karena kurikulum pendidikan agama yang terlalu padat materi, dan materi tersebut lebih mengedepankan aspek pemikiran dari pada kesadaran keberagamaan yang utuh. Selain itu menurut hasil penelitian tersebut, metodologi pendidikan agamagama merupakan masalah penting dan fundamental dalam kaitannya dengan budaya lokal suatu bangsa. Pendidikan agama merupakan suatu pembinaan terhadap pembangunan bangsa secara keseluruhan. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang berpegang teguh pada moralitas merupakan salah satu hasil dari pendidikan agama.
Sementara pendidikan agama yang seharusnya memegang peran penting terutama dalam membentuk sikap mental (moralitas) pelajar yang diharapkan akan menjadi tunas-tunas bangsa ke depan, saat ini dikatakan belum berhasil bahkan ada yang menganggapnya telah gagal. Menurut hasil study Litbang Agama dan Diklat Keagamaan tahun 2002 didapatkan bahwa merosotnya moral dan akhlaq peserta didik disebabkan anatara lain karena kurikulum pendidikan agama yang metodologi pendidikan agama kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan, serta keterbatasan bahan-bahan bacaan keagamaan. Buku-buku paket keagamaan yang ada belum memadai kesadaran beragama, memberikan ketampilan fungsional keagamaan dan mendorong prilaku bermoral dan berakhlaq mulia pada peserta didik.
Pembahasan
A. Arti dan Fungsi Media Pendidikan
Media pendidikan merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan murid menerima dan memahami pelajaran. Proses ini membutuhkan guru yang professional dan mampu menyelaraskan antara media pendidikan dan metode pendidikan.
Kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan serta perubahan sikap masyarakat membawa pengaruh yang besar dalam bidang pendidikan. Hal ini mendorong setiap lembaga pendidikan untuk mengembangkan lembaganya lebih maju dengan memanfaatkan teknologi modern dan kemajuan ilmu pengetahuan sebagai media pembelajaran.
Dari pemikiran di atas sudah jelas media pendidikan itu berkaitan dengan kemajuan suatu pendidikan yang meliputi sebagai berikut :
Alat komunikasi selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan majunya ilmu pengetahuan . Kaitannya dengan media pendidikan mempunyai fungsi yang besar di berbagai kehidupan, baik di kehidupan pendidikan maupun dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan seni kebudayaan.
Dalam kehidupan pendidikan media komunikasi memberikan kontribusi yang besar dalam kemajuan maupun peningkatan mutu di suatu lembaga pendidikan. Dengan memakai media tersebut anak didik akan mudah mencerna dan memahami suatu pelajaran. Dengan demikian melalui pendekatan ilmiah sistematis, dan rasional tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Untuk mencapai pendidikan tersebut guru memberikan peran yang penting untuk menghantarkan keberhasilan anak didik, oleh karenanya dibutuhkan komunikasi yang baik antara guru dan murid, untuk menciptakan komunikasi yang baik dibutuhkan guru yang profesional yang mampu menyeimbangkan antara media pembelajaran dan metode pengajaran sehingga informasi yang disampaikan guru dapat diterima siswa dengan baik.
Jadi tugas media bukan sebagai sekedar mengkomunikasikan hubungan antara pengajar dan murid namun lebih dari itu media merupakan bagian integral yang saling berkaitan antara komponen satu dengan komponen yang lain yang saling berinteraksi dan mempengaruhi.

1. Arti Media Pendidikan
Media pendidikan tidak terlepas dari teknologi pendidikan, sehingga sebelum menguraikan pengertian media pendidikan perlu kita memhami arti dari teknologi pendidikan secara umum dan teknologi pendidikan islam secara khusus, dengan demikian, pendidikan teknologi adalah pendidikan untuk menumbuhkan technological-attitude (sikap benar berteknologi) dan technological-quotient (kecerdasan berteknologi) sehingga orang memiliki motivasi, inisiatif dan kreativitas untuk melek teknologi, merebut teknologi, dan mengembangkan teknologi. Sedang teknologi pendidikan adalah teknologi yang didesain untuk mendukung aktivitas pendidikan secara komprehensif. Aktivitas pendidikan adalah aktivitas untuk membentuk manusia seutuhnya, yakni yang memiliki kedalaman iman, kecerdasan akal, kepekaan nurani, keluasan wawasan, kebijakan sikap, kreativitas karya, kehalusan estetika, keberanian berjuang dan seluruh nilai-nilai positif lainnya.
Dengan memahami pokok masalah di atas, maka jelas bahwa posisi Islam di sini adalah untuk memberi arah dan nilai dari pendidikan, dan demikian pula teknologi pendidikan. Karena itu teknologi pendidikan Islam bukanlah sekedar teknologi untuk membantu siswa belajar shalat atau belajar membaca Qur’an, namun teknologi yang seluas pendidikan itu sendiri. Teknologi pendidikan Islam membuat siswa mudah memahami sains dan ilmu-ilmu apapun, mampu menghubungkannya dengan Sang Pencipta dan menyadari apa tujuan diciptakannya alam serta bagaimana sains itu dapat dimanfaatkan secara syar’i. Dia akan menguasai sains dalam pandangan hidup Islam. Teknologi ini mengakselerasi siswa mendapatkan tujuan-tujuan pendidikan, sehingga membantu mengatasi keterbatasan kemampuan guru, sempitnya ruang kelas, kekurangan buku dan terbatasnya dana.
Secara harfiah media diartikan “perantara” atau “pengantar”. AECT (Association for Educational Communication and Technology) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi. Robert Hanick dan kawan-kawan (1986) mendefinisikan media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dalam sudut yang sama Kemp dan Dayton mengemukakan peran media dalam proses komunikasi sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver).
Sedangkan Oemar Hamalik mendefinisikan, media sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran merupakan perantara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran di sekolah.
2. Fungsi Media Pendidikan
Mengenai fungsi media itu sendiri pada mulanya kita hanya mengenal media sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni yang memberikan pengalaman visual pada anak dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang komplek dan abstrak menjadi lebih sederhana, kongkret, mudah dipahami. Dewasa ini dengan perkembangan teknologi serta pengetahuan, maka media pembelajaran berfungsi sebagai berikut :
a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan juga memudahkan pengajaran bagi guru.
b. Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi kongkret).
c. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya tidak membosankan).
d. Semua indera murid dapat diaktifkan.
e. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belaja
f. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya.
Dengan konsepsi semakin mantap fungsi media dalam kegiatan mengajar tidak lagi peraga dari guru melainkan pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Hal demikian pusat guru berpusat pada pengembangan dan pengolahan individu dan kegiatan belajar mengajar.
Sebagai seorang pendidik fungsi dan kemampuan media sangat penting artinya. Media merupakan integral dari sistem pembelajaran sebagai dasar kebijakan dalam pemilihan pengembanan, maupun pemanfaatan.
Media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang gilirannya diharapkan mempertinggi hasil belajar yang hendak dicapai. Ada beberapa alasan media pembelajaran berkenaan dapat mempertinggi proses belajar siswa.
Pertama, berkenaan dengan manfaat media pembelajaran, sebagai berikut :
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motifasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami
dan dikuasa siswa
c. Metode pengajaran akan lebih variasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengar uraian guru, tetapi juga punya aktifitas lain seperti
mengamati, merumuskan, melakukan dan mendemonstrasikan.
Kedua, penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil belajar yang berkenaan dengan taraf pikir siswa. Berfikir siswa dimulai dari yang kongkret menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang komplek. Dalam hubungan ini penggunaan media pembelajaran berkaitan erat dengan tahapan-tahapan berfikir mereka sehingga tepat penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan kondisi mereka sehingga hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan.

Pendidikan kita belum optimal, dan ini disinyalir karena belum digunakannya metode pendidikan kontemporer, termasuk teknologi pendidikan mutakhir. Teknologi pendidikan lebih sering dipahami secara konvensional dengan lab-lab yang relatif mahal dan akibatnya tidak.
B. Bentuk Teknologi Pendidikan Islam.
Bentuk-bentuk teknologi pendidikan secara umum akan optimal bila
menggunakan seluruh aspek berpikir manusia. Manusia berpikir bila dia: (1) menerima informasi dunia realitas dari panca inderanya; (2) memasukkan informasi ke dalam otaknya; (3) mengolah / menghubungkan informasi itu dengan informasi yang tersimpan sebelumnya.
Karena itu teknologi pendidikan yang baik akan menggunakan (1) sebanyak mungkin jalur indera, setidaknya tekstual, visual, dan akustikal, namun tentunya lebih optimal lagi kalau juga indera penciuman, perasaan maupun perabaan; (2) sebanyak mungkin bagian otak, baik otak kiri yang bersifat analitis rasional, otak kanan yang bersifat intuitif-kreatif-emosional maupun bagian otak yang disebut God-Spot yang bertanggung-jawab atas perasaan spiritual; (3) membantu menghubungkan dengan informasi yang tersimpan sebelumnya atau yang pernah dialami atau dipelajari siswa.
Berikut ini adalah tiga contoh gagasan teknologi pendidikan Islam berbasis komputer guna mengajarkan suatu topik dalam (1) Fisika, (2) Biologi, (3) Ekonomi.
(1) Untuk mengajar fisika-mekanika, ditunjukkan film audio-visual berbagai peristiwa alam (air terjun, jatuhnya batu, pergerakan benda langit). Di akhir film disampaikan ayat Qur’an atau Hadits tentang alam semesta untuk menghubungkan intelektualitas dengan spiritualitas. Lalu ada teks dan rumus matematis yang menjelaskan fenomena itu, dan di beberapa tempat terdapat soal untuk menguji ingatan dan analisis pelajar. Di akhir kajian terdapat ayat yang mendorong pemanfaatan mekanika secara syar’i, dilanjutkan film aplikasi mekanika yang baru dipelajari (PLTA, peluncur roket untuk jihad, satelit), termasuk dampak bila aplikasi itu bertentangan dengan syari’at (banjir, teror atas bumi Islam, satelit mata-mata asing). Kemudian terdapat uji-kreatifitas untuk merangsang pelajar menerapkan ilmunya dalam simulasi. Seluruh sesi diakhiri dengan muhasabah untuk mengingatkan betapa kecilnya manusia, dan aplikasi teknologi apapun justru dapat mendatangkan bencana bila bertentangan dengan syari’at.
(2) Untuk mengajar biologi-lingkungan ditunjukkan film audio-visual berbagai jenis mahluk hidup (pohon, serangga, mamalia). Di akhir film disampaikan ayat Qur’an atau Hadits tentang kehidupan untuk menghubungkan intelektualitas dengan spiritualitas. Lalu ada teks dan yang menjelaskan fenomena itu, dan di beberapa tempat terdapat soal untuk menguji ingatan. Di akhir kajian terdapat ayat yang mendorong pemanfaatan ekologi secara syar’i, dilanjutkan film yang menunjukkan aplikasi ekologi yang baru dipelajari (reboisasi hutan, biopestisida, peternakan), termasuk dampak bila aplikasi itu bertentangan dengan syari’at (kerusakan hutan, hama, kepunahan bison). Kemudian terdapat uji-kreatifitas untuk merangsang pelajar menerapkan ilmunya dalam simulasi. Seluruh sesi diakhiri dengan muhasabah untuk mengingatkan betapa kecilnya manusia, dan aplikasi teknologi apapun justru dapat mendatangkan bencana bila bertentangan dengan syari’at.
(3) Untuk mengajar ekonomi perdagangan – yang berarti suatu realitas masyarakat manusia, ditunjukkan film audio-visual berbagai aktivitas manusia (jual-beli, kafilah dagang, bank). Di akhir film disampaikan ayat Qur’an atau Hadits tentang manusia yang menghubungkan intelektualitas ke spiritualitas. Lalu ada teks yang menjelaskan fenomena itu, ditambah beberapa ayat yang spesifik mengatur sistem ekonomi di masyarakat. Di beberapa tempat terdapat soal untuk menguji ingatan. Di akhir kajian terdapat ayat yang mendorong pemanfaatan ilmu ekonomi perdagangan secara syar’i, dilanjutkan film yang menunjukkan aplikasi ekonomi yang baru dipelajari (desain pasar, jaringan logistik, bank syari’ah), termasuk dampak bila aplikasi itu bertentangan dengan koridor syari’at (penipuan, penimbunan, jeratan hutang). Lalu terdapat uji-kreatifitas untuk merangsang pelajar menerapkan ilmunya dalam simulasi. Seluruh sesi diakhiri dengan muhasabah untuk mengingatkan betapa kecilnya manusia, dan ilmu apapun dapat mendatangkan bencana bila bertentangan dengan syari’at.
Memang perlu kerja keras untuk merealisasi material teknologi pendidikan Islam untuk segala jenis topik di semua jenis pelajaran. Namun upaya semacam ini akan menjadi mudah ketika ada dukungan masyarakat.
C. Peran media dalam Pembelajaran
Menurut Ensiclopedi of Educational Reseach, nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Meletakan dasar-dasar yang kongkret untuk berpikir sehingga mengurangi verbalitas.
b. Memperbesar perhatian siswa.
c. Meletakan dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh karena itu
pelajaran lebih mantap.
d. Memberikan pengalaman yang nyata.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan continue.
f. Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembngan bahas
g. Memebrikan pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara yang lain.
h. Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dan murid.
i. Media pendidikan memberikan pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realita dan teliti.
j. Media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar
Menurut, Yusuf Hadimiarso, dalam bukunya Menyemai Benih Teknologi Pendidikan menjelaskan bahwa berbagai kajian teori maupun praktek menunjukan tentang kegunaan media dalam pembelajaran sebagai berikut :
a. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita, sehingga otak kita dapat berfungsi secara optimal. Penelitian yang dialakukan oleh Roger W. Sperry, Pemenang hadian nobel tahun 1984, menunjukan bahwa belahan otak sebelah kiri merupakan kedudukan tempat kedudukan pikiran yang bersifat verbal, rasional, analitikan dan konseptual. Belahan ini mengontrol wicara. Belahan otak sebelah kanan merupakan perlu diberikan rangsangan kedudukan pikiran visual, emosional, holistik, fisikal, spatial, dan kreatif. Belahan bagian kanan ini mengontrol tindakan. Pada suatu saat hanya salah satu belahan saja yang dominan. Rangsangan pada salah satu belahan saja secara berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan. Karena itu salah satu implikasi dalam pembelajaran ialah kedua belahan perlu diberikan rangsangan secara bergantian dengan rangsangan audio visual.
b. Media adapat mengatasi keterbatsan pangalaman yang dimiliki oleh para siswa. Pengalaman siswa itu berbeda-beda. Latar belakang keluarga dan lingkungannya menentukan pengalaman macam apa yang dimiliki oleh siswa. Perbedaan pengalaman anak dapat diatasi dengan media ini. Jika siswa tidak mungkin dibawa ke objek yang dipelajari, maka objeknyalah yang dihadirkan di hadapan siswa melalui media.
c. Media dapat melampaui batas ruang kelas. Bayak hal yang tidak mungkin untuk dialami di dalam ruang kelas secara langsung oleh para siswa. Misalnya karena objek terlalu besar misalanya candi, stasion dan lain-lain, atau terlalu kecil sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang. Misalnya bakteri, protozoa dan lain sebagainya. Gerakan terlalu lambat, atau terlalu cepat. Bunyi-bunyi yang halus, objek terlalu kompleks dan alasan-alasan lain.
d. Media memungkinkan adanya interaksi secara langsung antara siswa dan lingkungannya.dan merangsang siswa untuk belajar.
e. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan secara bersama-sama bisa diarahkan kepada hal-hal penting yang dimaksudkan oleh guru.
f. Media memabangkitkan keinginan dan minat baru bagi siswa.
g. Media membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar.
h. Media memberikan pengalaman yang integral dan meyeluruh dari sesuatu yang kongkrit maupun abstrak.
i. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri.
j. Media meningkatkan kemampuan keterbacaan baru (new litercy) yaitu kemampuan untuk membedakan objek dan menafsirkan objek, tindakan dan lambang yang tampak baik alami maupun buatan manusia, yang terdapat dalam lingkungan.
k. Media mampu meningkatkan efek sosialisasi yaitu dengan meningkatkan kesadaran akan dunia di sekitarnya.
l. Media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi dari guru maupun siswa.
Edgar Dale, secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media pembelajaran, ini dapat dilihat dari pengalaman Dale (Come of Experience) :
a. Verbal Symbolis.
b. Visual Symbolis
c. Sgn, stick fihure.
d. Radio and recording.
e. Still picture.
f. Education television.
g. Exhibits.
h. Studi trips.
i. Demontrations.
j. Dramatized experience : plas, puppets, role plying.
k. Contrived experiences : models, mockups, simulation.
l. Direct puposefull experience.
Secara umum media mempunyai keguanaan :
a. Memeprid dengan sumber belajar.
b. Memperjelas pesan agar tidak verbalitas.
c. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera.
d. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
e. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual audiotori dan kinestetiknya.
Karakteristik dan kemampuan masing-masing perlu diperhatikan oleh guru
agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Sebagai contoh, media kaset audio, merupakan media auditif yang mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan (pronounciation) bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa asing media ini tergolong tepat karena bila secara langsung diberikan tanpa media sering terjadi ketidaktepatanyang akurat dalam pengucapan pengulangan dan sebagainya. Pembuatan media kaset audio ini termasuk mudah, hanya membutuhkan alat perekam dan narasumber yang dapat berbahasa asing, sementara pemanfaatnnya menggunakan alat yang sama pula.
Mengapa perlu menggunakan media dalam pembelajaran ? Pertanyaan yang sering muncul mempertanyakan pentingnya media dalam sebuah pembelajaran. Kita harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan kongkrit dalam poembelajaran, krena proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun non verbal, proses ii dinamakan encoding. Penafsiran simbol simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan deconding.
Adakalanya penafsiran berhasil, adakalanya tidak. Ketidakberhasilan dalam memahami apa yang didengar, dibaca, dilihat atau diamati. Ketoidakberhasilan atau penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah barriers atau noise. Semakin banyak verbalisme semakin abstrak pemahamn yang diterima.
Kemajuan media komputer memberikan beberapa kelebihan untuk kegiatan produksi audio visual. Pada tahun-tahun belakangan komputer mendapat perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Ditambah dengan tekanologi jaringan dan internet, komputer seakan menjadi primadona dalam kegiatan pembelajaran. Tetapi dibalik kehandalan komputer sebagai media pembelajaran terdapat beberapa persoalan yang sebaiknya menjadi bahan pertimbangan awal bagi pengelola pengajaran berbasis komputer.
a. Perangkat keras dan lunak yang mahal dan cepat ketinggalan jaman.
b. Teknologi yang sangat cepat berubah, sangat memungkinkan perangkat yang dibeli saat ini beberapa tahun kemudian akan ketinggalan jaman.
c. Pembuatan program ang rumit serta dalam pengoperasian awal perlu pendamping guna menjelaskan penggunaannya. Hal ini bisa disiasati dengan pembuatan modul pendamping yang menjelaskan penggunaan dan pengoperasian program.
Teknologi terkini dalam pendidikan adalah dikembangkannnya teknologi multimedia. Pengembangan pemanfaatan komputer dalam proses pembelajaran terakhir menjadi mutimedia merupakan suatu era baru dalam perkembangan media yang harus disambut secara positif. Perangkat komputer yang mampu menyajikan teknologi multimedia yang dapat menggabungkan berbagai media seperti teks, suara, gambar, numeriuc, animasi dan video dalam suatu software digital, telah mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indera dalam pembelajaran yaitu pendengaran, penglihatan dan sentuhan.
D. Pemanfaatan media dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjelang abad 21 telah
mendorong usaha-usaha untuk melakukan berbagai pembaharuan dalam memanfaatkan hasil teknnologi dalam dalam proses pembelajaran. Maka pembelajaran dalam perspektif ke depan adalah pembelajaran yang berbasiskan teknologi Informasi dan Komuniukasi (TIK). Pembelajaran dengan berbasiskan iptek yang semakin pesat, pembelajaran model ini telah menjadi kebutuhan bagi pendidikan secara global. Penggunaan media audio visual yang dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA) dalam proses pembelajaran dirasakan sangat membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran dengan yang diinginkan.
Penggunaan media dan teknologi dalam pembelajaran selain dapat memberi kontribusi terhadap pengetahuan dan ketrampilan siswa, juga membantu guru untuk mempermudah proses pembelajaran dan memperjelas materi yang dipelajari secara beragam dan lebih kongkrit sehingga memberi kesan lebih mendalam bagi siswa. Menurut hasil penelitian bahwa perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera penglihatan dan indera pendengaran sangat menonjol perbedannya., memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75 %, melalui indera dengan 13 % dan melalui indera lainnya 13 %.
Yang dimaksud dengan media pembelajaran di sini adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Sedangkan pengertian yang lebih sederhana kita bisa melihat definisi yang diberikan leh gane da Briggs yang dikutif Azhar Arsyad, yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi dan juga komputer.
Diantara manfaat pembelajaran dengan menggunakan media pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas
b. Memperbesar perhatian peserta didik, meningkatkan gairah belajar, meningkatkan interaksi yang lebih langsung antar peserta didik dengan lingkungan.
c. Meletakan dasar-dasar penting untuk perkembangan belajar, sehingga pelajaran lebih mantap.
d. Memberikan pengalaman yang nyata sehingga dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan peserta didik menurut minat dan kemampuannya.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, hal ini terutama terdapat pada gambar hidup.
f. Mengatasai keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
g. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya.
h. Memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang kongkret maupun abstrak.
i. Meningkatkan kemampuan ekspresi dari guru maupun siswa.
Pada akhir abad ke 20 telah pula digunakan komputer dalam dunia pendidikan
(Computer aided learning). Penggunaan komputer ini ternyata tidak saja membantu dalam pengelolaan administrasi dalam pendidikan, tetapi juga dapat dijadikan sebagai media dalam proses pembelajaran. Pemanfaaatan komputer lebih berkembang dengan ditemukannya internet yang pada awalnya hanya digunakan untuk kepentingan militer di Amerika Serikat. Komputer yang terkoneksi dengan internet tidak saja menjadi media bahkan menjadi sumber (resources) dalam pembelajaran. Pengembangan pemanfataan komputer dalam proses pembelajaran terakhir menjadi multimedia merupakan suatu era baru dalam perkembangan media yang harus disambut secara positif. Perangkat komputer yang mampu menyajikan teknologi multimedia yang dapat menggabungkan berbagai media seperti teks, suara, gambar, numeric, animasi dan vidio dalam suatu software digital, telah mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indera dalam pembelajaran yaitu : pendengaran, penglihatan, dan sentuhan. Berdasarkan hasil beberapa penelitian anatara lain yang dilakukan oleh Munir yang dipublikasikan dalam jurnal Mimbar Pendidikan UPI No. 3 Thn 2003, didapatkan fakta bahwa penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran telah memberikan kesan lebih mendalam dan meningkatkan motivasi belajar bagi siswa.
Teknologi komunikasi merupakan teknologi modern dalam bidang komunikasi dengan produk yang berupa peralatan elektronik dan bahan-bahan (sofware) yang disajikan telah mempengaruhi seluruh sektor kehidupan termasuk pendidikan dan teknologi komunikasi pendidikan itu mempunyai suatu manfaat dalam mempengaruhi dan mengetahui hal–hal yang ada di sekitar dan diperuntukan kepada orang lain secara timbal balik, sehingga mampu untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan seperti halnya di indonesia sarana yang cukup memadai dalam teknologi komunikasi adalah media radio, televisi dan lain–lain. Teknologi komunikasi dapat digunakan untuk menimbulkan kepekaan terhadap keadaan, nasip serta malapetaka yang menimpa pada suatu daerah, dengn adanya media teknologi komunikasi maka keadaan yang demikian dapat menimbulkan suatu respon dan rasa solidaritas (kesetiakawan) kepada orang lain apabila dalam pendidikan khuusnya pendidikan formal maka teknologi komunikasi seperti media komunikasi yang dijadikan pelengkap untuk menambah intlektual dan emosianal dalam pendidikan misal: OHP video, televisi maka selain itu haruslah ada teknologi kemunikasi yang lebih sentral atau menjadi pusat pengembangan dan pemahaman bagi anak didik yaitu seorang pendidik (guru) yang dapat memberikan suatu pesan atau amanah dalam menjadikan akan didik lebih dewasa, maka dari itu kami disini akan membahas tentang manfaat dari teknologi dalam pengembangan pendidikan.
Komunikasi berasal dari bahasa latin : Communicatee yang berarti memberitahukan, berpartisipasi atau menjadi milik bersama, misalnya komunikasi diartikan : proses menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan atau nilai-nilai dengan maksud menggunakan partisipasi agar hal-hal yang disampaikan itu menjadi milik bersama antara komunikator (orang yang menyampaikan pesan) dan kemunikasi (orang yang menerima pesan).
Komunikasi dapat diartikan menjadi empat yaitu :
1. Penerapan praktis merupakan suatu yang sudah diolah dan siap dipakai oleh para pelaksana dan penerima pendidikan tenru saja pada tingkatan dan tanggung jawab yang berbeda. Misalnya menerapkan produk elektronika seperti komputer, radio dan lain-lain dalam belajar mengajar.
2. Prinsip dan penemuan ilmu komunikasi baik pada diri manusia maupun pada mesin (peralatan) tetapi dalam pengertian “man machine system”
3. Efisien dan efektif berarti dalam aplikasi prinsip dan penemuan itu tidak semata-mata merupakan komponen tambahan melainkan yang mempunyai peranan khusus dan menentukan adanya perubahan peranan pada komponen yang lain. Misal : tidak ada sekedar membantu guru (sebagai alat bantu mengajar yang sering kali hanya dipajang didepan kelas) melainkan menunjang guru dengan pedoman dan syarat penggunaan tertentu
4. Proses pendidikan, bukan hanya yang berlangsung didalam kelas atau
didalam sekolah saja melainkan yang berlangsung pada semua tingaktan (level) yaitu mulai dari proses kurikulum, perencanaan pengajaran sampai pelaksanaan interaksi dalam belajar.
Komunikasi memegang peranan penting dalam pendidikan agar komunikasi antara guru dan siswa berlangsung baik dan informasi yang disampaikan guru dapat diterima siswa, guru perlu menggunakan media pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar melalui media terjadi bila ada komunikasi antara guru (sumber) dan murid (penerima).
Selender (s)/sumber yaitu orang yang melakukan komunikasi atau memberi pesan. Message (m) yaitu isi pesan yang diberikan oleh sumber kepada penerima pesan. Sedangkan penerima pesan disebut reciver dan dilambangkan dengan R. Dalam proses itu sendiri baru terjadi setelah ada reaksi umpan balik (feed back) dalam hal ini penerima pesan (R) berubah fungsi sebagai selender sedangkan sumber menjadi receiver atau penerima pesan. Dalam proses / konsep teknologi pendidikan, tugas media bukan hanya sekedar mengkomunikasikan hubungan antara sumber (pengajar) dan sipenerima (si anak didik), namun lebih dari itu merupakan bagian yang integral dan saling mempunyai keterkaitan antara komponen yang satu dengan yang lainnya, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.
Pola-pola komunikasi dalam interaksi belajar mengajar (pendidikan) Pola komunikasi dalam interaksi pendidikan dibagi menjadi 2 bagian:
(1). Pola komunikasi satu arah
Seorang guru sebagai pusat belajar mengajar (teacher centered), guru menyampaikan pelajaran dengan berceramah sianak didik mendengarkan dan mencatat (si anak didik pasif) gurulah yang merencanakan, mengendalikan dan melaksanakan segala sesuatu.
Tapi pola ini banyak kelemahan dibanding keuntungan, kelemahanya : suasana kelas kaku, guru cenderung otoriter sebab hubungan guru dengan si anak seperti majikan dengan bawahan, mengerti atau tidak mengertinya si anak didik tidak dengan cepat diktehu guru dan guru akan berbicara terus menerus.
(2). Pola komunikasi dua arah
Pada pola ini sianak didik memperoleh pengetahuan didalam kelas di bawah bimbingan guru atau dengan bantuan tenaga temannya sendiri, terjadilah suatu proses saling bertukar pikiran atau saling membero informasi yang mematangkan si anak didik dalam segala perbuatan belajar. Pola komunikasi dua arah ini terbagi menjadi 3 yaitu:
(a). Jalur dua arah guru dan anak didik Si anak punya kesempatan untuk bertanya, mengajukan hadapan, keberatan atau tidak setuju tentang apa-apa yang disampaikan kepadanya, tentang apa-apa yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
(b). Jalur dua arah guru-anak didik dan anak berdampingan
Jalur ini lebih memberi kesempatan lagi kepada anak didik tidak hanya kepada guru dia menanyakan dan mengemukakan pendapatnya, akan tetapi juga kepada teman-teman yang duduk di kiri-kanannya.
(c). Jalur dua arah guru anak didik dan antara anak didik
Ini dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih berarti lebih berdaya guna, lebih berhasil guru pada diri anak didik dan masyarakat karena memberi kesempatan lagi pada anak didik dan masyarakat karena memberikesempatan lagi pada anak didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya tidak hanya kepada guru akan tetapi juga dapat antar anak didik. Dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak didik, guru/ pengajar haruslah tahu kriteria/karakteristik dari anak didiknya karena setiap individu itu mempunyai perbedaan adanya itu karena pengaruh:
1. Pembawaan yaitu kepantasan intelegensi urat saraf dan benrtuk tubuh
2. Lingkungan yaitu pengaruh dari luar yang mempengaruhi perkembangan anak. Misal: ekonomi keluarga, masalah keluarga.
Selain pada pendidikan yang berkisar verbal maka ada bentuk-bentuk komunikasi lain yang bersifat non-verbal yang tidak kalah pentingnya untuk proses pendidikan/ pembelajaran yang bersifat formal, yaitu:
(1). Para bahasa (paralanguage), komunikasi yang menggunakan, nada suara intonasi atau yang menyampaikan “pesan khusus”
(2). Bahasa tanda (sign language), komunikasi yang menggunakan segala macam kodifikasi untuk mengganti biloangan tanda-tanda baca: kata-kata, menggunakan bahasa rambu
(3). Bahasa perbuatan (action language), komunikasi yang menggunakan isyarat, ekspresi wajah dan gerakan-gerakan
(4). Bahasa obejek (objek language), komunikasi yang menggunakan benda-benda tertentu yang mempunyai makna tertentu
(5). Takfil (tacfil), komunikasi yang menggunakan rabaan atau pegangan
Dari bentuk-bentuk komunikasi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi dapat bersifat abstrak dan bersifat konkret tergantung pada media yang digunakan.
Didalam teknologi kominikasi yang penerapannya dalam pendidikan banyak sekali aktivitasnya yaitu :
-fasilitas dan media yang mengentarai transaksi dan informasi
- metode pendidikan dimana fasilitas dan media merupakan komponen
Integral
- serangkaian pilihan yang menghendaki adanya
a. Perubahan fisik kelas
b. Hubungan guru dan murid yang tidak langusng, artinya: bahwa ada
media pelengkap untuk memberi suatu pengetahuan lebih dalam
menangkap mata pelajaran.
c. Aktiviras murid yang relatif independent di kontrol guru
d. Tenaga pembantu guru (juru ajar/para guru profesional)
e. Perubahan peranan dan kecakapan guru yang diperlukan
Kita lihat dari teknologi komunikasi yang non verbal dan sepertinya bias digunakan dalam komunikasi instruksional, komunikasi instruksional emr subset dari komunikasi secara keseluruhan yang bersifat metodis-teoritis, maksudnya kajian atau garapannya berpola tertentu sehingga akhirnya bisa diterapkan untuk kepentingan dilapangan, adapun manfaat adanya komunikasi instruksional yaitu: efek perubahan tingkah laku yang terjadi, sehingga hasil tindakan komunikasi instruksional bisa dikontrol atau dikendalikan digunakan baik misal : vidio dalam pengajaran, komputer untuk mengembanagkan ilmu yang lebih maju, tapi komunikasi instruksional juga lebih ditekankan kepada pola perencanaan dan pelaksanaan secara operasional yang didukung oleh teori-teori untuk keberhasilan efek perubahan perilaku pada pihak sasaran pelaksanaan tersebut yaitu : guru, dosen, penyulung, pembimbing.
Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengembangan teknologi komunikasi pendidikan dipengaruhi aspek internal dan juga aspek eksternal, dan pada aspek internal yaitu ada beberapa faktor:
Hambatan pada sumber yaitu komunikator/guru
- Hambatan kejiwaan/psikologis yaitu simpati, ketidak senangan, benci
- Hambatan bahasa yaitu gangguan sematik yang berhubungan digunakan arti kata salah (bahasa/kata-kata yang belum dipahami)
- Perbedaan pengalaman yaitu gangguan pada masalah kehidupan (penyampaian dari komunikator apa yang disampaikannya tentu tidak sebaik mereka yang mempunyai keahlian yang baik (kecongkakan, kurang motivasi, kurang pergaulan)
- Hambatan pada media/alat komunikasi
- Hambatan/gangguan pada saluran terjadi karena adanya ketidakberesan pada saluran komunikasi atau pada suasana sekitar berlangsungnya proses komunikasi dalam pendidikan
Misalnya gangguan suara, tidak jelas/sakah teknis, gambar tidak jelas, dan lain-lain.
- Hambatan pada komunikan terjadi pada pihak komuniktor atau pengajar dan media/saluran tetapi pihak sasaran pun bisa berpeluang untuk menghambat bahkan kemungkinan lebih besar dari yang lain (timbul kecurigaan) (menurut Cawley, 1982)
Secara umumnya; Hambatan dalam komunikasi yang ditemui dalam proses belajar mengajar antara lain:
1. Verbalisme, dimana guru menerangkan pelajaran hanya melalui kata-kata secara lisan (anak didik pasif)
2. Perhatian yang bercabang yaitu perhatian murid tidak terpusat pada informasi yang disampaikan guru, tetapi bercabang perhatian lainnya.
3. Kekacauan penafsiran, terjadi disebabkan adanya tangkap murid sehingga sering terjadi istilah-istilah yang sama diartikan berbeda-beda.
4. Tidaka adanya tanggapan, yaitu murid-murid tidak merespon aktif apa yang disampiakan oleh guru, sehingga tidak terebntuk sikap yang diperlukan. Disini proses pemikiran tidak terbentuk sebagaimana mestinya.
5. Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode pengajaran kurang bervariasi, sehingga penyampaian informasi yang “monoton’ emnyebabkan kebosanan murid
6. Kaadaan fisik dan lingkungan yang mengganggu, misal obyek nyg terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat,dan obyek yang terlalu kompleks serta konsep yang terlalu luas,sehingga menyebapkan tanggapan murit menjadi mengambang.
7. Sipat pasip anak didik yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti pelajaran disebapan kesalahan memilih teknik komunikasi dalam pendidikan/ pengajarannya.
Untuk mengatasi hambatan di atas ada beberapa pelancar komunikasi, memperlancar itu dengan halnya:
1. Kepercayaan/kredibilitas.
2. Kewenangan yang adil.
3. Kewibawaan.
4. Kondisi tehnik yang baik.
5. Penguasaan sematik/bahasa yang baik.
6. Status sosial seseorang guru yang baik dan profesional.
7. Menghindari lambang-lambang yang belum di pahami oleh
penerima pesan.
8. Penyajian yang di persiapkan secara mantap.
9. Usaha untuk mengatasi ferbalisme ialah penggunaan media sec
secara terinterigrasi dalam proses belajar mengajar, karena
fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai
penyaji, stimulus informasi, sikap dan lain-lain, untuk
meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.
Manfaat teknologi komunikasi dalam pendidikan. Masuknya teknologi komunikasi pendidikan dalam garis besarnya akan mempengaruhi strategi pengembangan kurikulum pola interaksi pendidikan dan lahirlah berbagai bentuk lembaga pendidikan, dalam hal ini media mempunyai peranan penting yang di laksanakan secara menyeluruh yaitu:
1. Sumber media berupa orang saja ( kebanyakan terjadi pada madrasah sekarang ini) dalam pola interaksi ini guru kelas memegang penuh kendali atas berlangsungnya pengajaran dan bahkan pendidikan.
2. Sumber berupa orang yang di bantu oleh sumber lain, maka guru masih
memegang kontrol hanya saja tidak mutlak, karena dia dibantu oleh sumber lain.
3. Sumber orang bersama sumber lain berdasarkan suatu pembagian tanggung jawab (terdapat kontrol bersama) misalnya media mengontrol penyajian informasi serta efektifitas penerimaan pesan sedang guru kelas mengontrol disiplin dan kegairahan belajar.
4. Sumber lain/ media tanpa sumber berupa orang, keadaan ini terjadi dalam suatu pembelajaran melalui media, tetapi pelu diingat bahwa media tidaklah mendidik, media dipakai oleh guru untuk mencapai pengembangan anak didik. Berbagai bentuk lembaga pendidikan dapat lahir sebagai pengaruh tekkom, kelembagaan sistem belajar jarak jauh(BJJ) misalnya : merupakan suatu bentuk kelembagaan baru dibanding dengan bentuk yang sudah kita kenal semula. Pertumbuhan ke arah bentuk baru, secara teoritis dapat menuju ke arah terciptanya suatu ”jaringan belajar” (tearning network) yang tidak lagi merupakan suatu lembaga pendidikan, melainkan suatu suasana dimana sumber belajar dalam arti luas, tersedia untuk siapa saja yang mempunyai hasrat belajar. Pemanfaatan tekkom yang tampak secara nyata yaitu media/ alat. Media ini tidak terbatas pada yang dipersiapkan oleh guru kelas sendiri, melainkan yang lebih penting dipersiapkan oleh tiem pembelajaran yang terdiri ahli-ahli dalam bidangnya masing-masing pengajar .
Di lihat dari segi penggunaan media ada tiga kecenderungan untuk penggunaan media yaitu:
a. Dipakai secara massa yang meliputi radio, televisi, teleblackboard.
b. Dipakai dalam kelakuan, baik kecil maupun besar seperti:proyektor film
bingkai, overhead , kaset video, kaset suara.
c. Dipakai secara individual seperti mesin belajar misalnya komputer.
Kecenderungan/manfaat pendayagunaan telkom pada saat ini meliputi
5 kebutuhan sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu pelajaran secara langsung
2. Melatih, menatar guru
3. Memperluas jangkauan madrasah
4. Pendidikan dasar dan buta huruf
5. Pendidikan orang dewasa dan pembangunan masyarakat
Dalam dunia pendidikan teknologi komunikasi itu sedemikian penting peranannya dalam proses pendidikan dan belajar mengajar, karena itu efektivitasnya harus menjadi perhatian serius para praktisi pendidikan terutama guru. Agar proses komunikasi lebih efktif dan dengan demikian tujuan pendidikan tercapai secara optimal. Dan alat komunikasi juga penting sebagai pelengkap untuk mencapai pengembangan intelektual dan kreativitas anak didik dan hanya media yang akan mengontrol penyajian informasi bagi anak didiknya pula dan guru juga sebagai sumber sentral agar dapat memberi suatu pengetahuannya.
Memperhatikan berbagai kenyataan di atas maka penulis berpendapat bahwa pendidikan agama juga sudah saatnya untuk memanfaatkan erbagai media yang telah ada. Penggunaan media pembelajaran bagaimanapun canggihnya tentunya tidak akan berarti banyak apabila tidak ditunjang dengan kecakapan guru dan perencanaan guru dengan baik. Maka guru agama dalam perspektif ke depan juga dituntut untuk mengenal bahkan harus mampu mengoperasiolakan produk-produk teknologi yang dapat dijadikan sebagai media dalam pembelajaran sperti computer dan alat bantu audio visual lainnya.
Akan tetapi bagaimanapun canggihnya media pembelajaran tentu saja tidak mampu menggantikan figure guru. Figur guru yang arif, bijaksana, lembut dan penuh kasih saying dalam menyampaikan materi pelajaran.Guru yang demikian mampu menyemtuh qalbu anak didiknya sehingga akan meninggalkan kesan yang sangat mendalam bahkan sampai jauh setelah anak didiknya menamatkan pendidikannya. Benarlah apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali bahwa inti dari endidikan adalah menajamkan qalbu. Dengan kata lain yang menjadi sasaran dalam pendidikan adalah hati selain rasio. Dalam konteks ini tentunya hubungan batin antara guru dan murid santalah penting. Hubungan batin ini akan tercipta dengan sendirinya manakala adanya keikhlasan anatara keduanya. Guru yang ikhlas memberikan ilmunya atau memberikan bimbingan kepada siswa dalam mengembangkan segala potensinya dan siswa mau menerima secara ikhlas (siap secara psikis) menerima bimbingan dan arahan dari guru.

Kesimpulan
Keberhasilan Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran penting di sekolah baik pada jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah terlebih pada madrasah yang menjadikan islam sebagai cirri khasnya sangat dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang dilakukan guru. Selain penggunaan multi metode dalam proses pembelajaran, guru agama saat ini juga harus memanfaatkan berbagai media yang saat ini telah tersedia dalam berbagai bentuk dan jenisnya di pasaran, mulai dari yang jenis dan bentuknya sederhana sampai kepada multimedia (berbasiskan computer).
Kreatifitas guru dalam proses pembelajaran di kelas yakni menggunakan multi metode, memanfaatkan dan memberdayakan media ditunjang dengan penciptaan suasanan religius di lingkungan sekolah dan keteladanan guru diharapkan mampu meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.











DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, , Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Indonesia, Kencana, Jakarta : 2003

Ahmad Rofiq, Urgensi Pemanfaatan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Conciencia (Jurnal Pendidikan Islam), Bandung:2007

Asnawir, Media Pendidikan, Ciputat Pers, Jakarta : 2002.

Asnawir dkk, Media Pembelajaran, Cipta Pers, Jakarta, 2002.

Atho Mudzhar, Pengembangan Masyarakat Multikultural Indonesia dan Tantangan ke Depan, Makalah Lokakarya Nasional Pengembangan Jaringan dan Kerjasama Pondok Pesantren Se- Sumatra, Palembang:2005

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2002.

Benni Agus Pribadi, Media Pendidikan, Universitas Terbuka, Jakarta: 1996.

Chabib Thoha, PBM-PAI di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 1998.

Dawit, M. Yusuf, Komunikasi pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 1990.

Deliar Noer & Iskandar Alisyahbana, Perubahan Pembaruan dan Kesadran menghadapi Abad ke 21, Dian Rakyat,Jakarta : 1993.

Fahmi Amhar, http://kalam.downloadfan.net Powered by Joomla! Generated: Diakses 26 February, 2009.

Ishak Abdulhak, Rancang Bangun Konsep Teknologi Pendidikan, Makalah Workshop Pengembangan Teknologi Pendidikan, SPS UPI, Bandung : 2006

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sejolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, Rajawali Persa, Jakarta :2007.

Muhamad Maftuh Basyuni, Pendidikan Islam Berbasis Teknologi, Republika, Jakarta: 2009.

Muniir, Penggunaan Teknologi Multimedia Terhadap Motivasi Belajar Anak-anak Prasekolah dalam Pembelajaran Literasi, Jurnal Mibar Pendidikan Upi No 3, Bandung : 2003



Nana Sudjana, Media Pendidikan, Sinar Baru, Bandung: 1990.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Citra ADitya Bakti, Jakarta 1989.

S. Nasution, Teknologi Pendidikan, Jemars, Bandung: 1983.

Sudarman Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Bumi Akasara, Jakrta : 1995.

UURI Nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, CV. Cemerlang,Jakarta 2004.

Yusuf Hadimiarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Kencana, Jakarta : 2004.

Zahara Idris, Dasar-Dasar Pendidikan, Angkasa Raya, Padang: 1981.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar